Seneca: “Kesetiaan yang dibeli dengan uang, bisa dihancurkan oleh uang.”
- Cuplikan layar
“Fidelity purchased with money, money can destroy.”
Jakarta, WISATA — Dalam dinamika kehidupan modern yang serba cepat dan penuh tekanan ekonomi, uang kerap dianggap sebagai alat pemersatu, pemulus hubungan, bahkan simbol kepercayaan. Namun filsuf Stoik terkenal dari Romawi kuno, Seneca, mengingatkan kita akan kenyataan yang lebih dalam dan pahit: “Kesetiaan yang dibeli dengan uang, bisa dihancurkan oleh uang.”
Pernyataan ini bukan sekadar kutipan kuno, melainkan cerminan dari kenyataan yang terus terulang hingga kini. Di berbagai sektor kehidupan—politik, bisnis, bahkan hubungan pribadi—kita menyaksikan bagaimana kesetiaan bisa diperjualbelikan, dan pada akhirnya, menjadi rapuh karena fondasi yang tidak kuat: uang.
Kesetiaan yang Berakar pada Materi
Dalam kehidupan sosial maupun profesional, kita kerap menemukan loyalitas yang bersifat transaksional. Misalnya, pekerja yang setia kepada perusahaan bukan karena visi atau nilai-nilai yang sejalan, melainkan semata karena gaji dan fasilitas. Atau politisi yang loyal kepada suatu kubu selama dukungan finansial masih mengalir. Begitu uang berhenti, kesetiaan pun menguap.
Seneca mengkritisi bentuk kesetiaan seperti ini. Menurutnya, jika kesetiaan seseorang bisa dibeli dengan uang, maka ia juga bisa berpaling kepada siapa pun yang menawarkan bayaran lebih tinggi. Artinya, kesetiaan itu bukan sejati, tetapi bersifat sementara dan rapuh.
Uang Sebagai Alat, Bukan Fondasi Hubungan