Antibiotik yang Mencemari sungai-sungai, Membantu Bakteri Mengembangkan Resistensinya untuk Kemudian Membunuh Manusia
- pixabay
Satu tinjauan dunia baru-baru ini mengungkapkan bahwa polusi antibiotik telah menyentuh sungai-sungai di setiap benua, dengan Asia menunjukkan tingkat tertinggi. Kekhawatiran muncul ketika obat-obatan ini memicu taktik bertahan hidup bakteri yang menghalangi pengobatan.
Amoxicillin termasuk di antara antibiotik yang paling banyak dikonsumsi, sehingga menimbulkan kekhawatiran atas keberadaannya di tempat-tempat yang pilihan pengobatannya terbatas.
Sungai-sungai di beberapa negara tanpa sistem sanitasi yang kuat menunjukkan peningkatan konsentrasi yang dapat memicu gelombang baru infeksi yang resistan terhadap obat.
Beberapa ilmuwan memperingatkan bahwa air yang mengandung antibiotik dapat menghambat mikroba bermanfaat yang memecah polutan dan mendaur ulang nutrisi.
Bakteri yang resistan terhadap obat dapat menyebar dan mengancam manusia, hewan dan lingkungan sekitar, menjadikan sumber air sebagai persimpangan utama bagi kuman ini. Paparan berulang terhadap antibiotik tingkat rendah di sungai dapat memicu infeksi yang lebih membandel. Sedangkan sebagian orang bergantung pada air sungai yang tidak diolah untuk kebutuhan rumah tangga, sehingga meningkatkan kerentanan mereka terhadap organisme resistan yang ada.
Meskipun sistem air yang canggih menghilangkan atau mengencerkan banyak bahan kimia, namun infrastruktur yang sudah tua memungkinkan residu antibiotik tetap beredar.
Rumah sakit dapat menghabiskan lebih banyak biaya untuk obat yang lebih kuat, sementara individu menghadapi waktu pemulihan yang lebih lama dan risiko komplikasi yang lebih tinggi.