René Descartes: “Tidak Cukup Memiliki Pikiran yang Baik, yang Penting adalah Menggunakannya dengan Baik.”
- Image Creator Grok/Handoko
Dalam konteks ini, pemikiran Descartes mengajarkan kita bahwa pendidikan bukan hanya soal mengisi kepala dengan informasi, tetapi membentuk manusia yang berpikir jernih, bertindak bijak, dan bertanggung jawab atas pilihannya.
Pendidikan sebagai Wadah Pengembangan Pikiran yang Baik
Di Indonesia, filosofi Descartes sejalan dengan upaya reformasi pendidikan yang kini tengah digalakkan melalui Kurikulum Merdeka. Kurikulum ini berupaya membangun kemandirian berpikir, kreativitas, dan kemampuan mengambil keputusan yang berlandaskan pemikiran rasional. Guru tidak lagi berperan sebagai satu-satunya sumber ilmu, tetapi sebagai fasilitator yang mendorong siswa untuk berpikir dan menggunakan pikirannya secara tepat.
Pendidikan yang baik tidak hanya melahirkan orang cerdas, tetapi juga orang yang bijak. Ini sejalan dengan prinsip Descartes bahwa berpikir adalah awal, tetapi penerapan berpikir itulah yang membawa nilai sejati bagi kehidupan.
Perspektif Filsafat Modern
Banyak filsuf setelah Descartes yang mendukung pentingnya penggunaan akal secara bertanggung jawab. John Dewey, filsuf pendidikan asal Amerika Serikat, menekankan pentingnya berpikir reflektif dalam proses belajar. Sementara itu, Bertrand Russell menambahkan bahwa berpikir kritis tanpa kompas moral dapat menyesatkan manusia ke dalam bahaya teknologi tanpa arah.
Dalam kerangka ini, pemikiran Descartes menjadi fondasi penting dalam membangun kesadaran etis di tengah kemajuan ilmu dan teknologi. Kemampuan berpikir yang tidak digunakan secara bijak dapat menjadi senjata yang merusak, bukan alat yang memajukan.