Marcus Aurelius: “Betapa Konyol dan Tidak Realistisnya Manusia yang Terkejut atas Apa pun yang Terjadi dalam Hidup”
- Cuplikan layar
Marcus menyindir sikap ini sebagai “konyol” dan “tidak realistis”. Konyol, karena kita seharusnya sudah tahu bahwa hidup penuh dengan dinamika. Tidak realistis, karena kita mengabaikan fakta bahwa manusia, alam, dan masyarakat akan selalu berubah.
Kekuatan Stoik: Menerima, Bukan Mengeluh
Filsafat Stoik yang dianut Marcus Aurelius mengajarkan bahwa kita harus membedakan antara hal-hal yang berada dalam kendali kita dan yang tidak. Reaksi kita—itulah yang bisa kita kendalikan. Sedangkan kejadian eksternal—cuaca, pendapat orang, bencana, pengkhianatan—semua itu berada di luar kendali kita. Jika kita mampu menerima kenyataan tanpa mengeluh, maka kita menunjukkan kebijaksanaan sejati.
Dengan kata lain, ketika musibah datang, orang bijak tidak berkata, “Mengapa ini terjadi padaku?” melainkan, “Ini sudah lumrah terjadi dalam hidup. Bagaimana aku merespons dengan bijak?”
Menempa Mental Tangguh di Era Ketidakpastian
Di era sekarang, di mana media sosial memproduksi keterkejutan setiap menitnya dan krisis global muncul secara berkala, ajaran Marcus Aurelius terasa lebih relevan dari sebelumnya. Kita dihadapkan pada perubahan iklim, disrupsi teknologi, ketidakstabilan ekonomi, dan berbagai tantangan lain yang memaksa kita untuk lebih tangguh secara mental dan emosional.
Dengan tidak terkejut terhadap kenyataan, kita tidak menjadi apatis, tetapi menjadi lebih bijak dalam menyiapkan respons. Kita tidak panik ketika keadaan buruk terjadi. Kita tetap tegak, berakar, dan siap menghadapi kenyataan tanpa kehilangan arah.