Albert Einstein: Semua Orang Itu Jenius, Tapi Jangan Menilai Ikan dari Kemampuannya Memanjat Pohon
- Medium
“Everybody is a genius. But if you judge a fish by its ability to climb a tree, it will live its whole life believing that it is stupid.”
— Albert Einstein
Jakarta, WISATA - Albert Einstein, ilmuwan terbesar abad ke-20, dikenal bukan hanya karena teori relativitasnya yang merevolusi dunia fisika, tetapi juga karena pemikiran humanis dan kutipan-kutipannya yang menyentuh berbagai aspek kehidupan. Salah satu pernyataan Einstein yang paling terkenal dan penuh makna adalah tentang bagaimana manusia sering kali dinilai tidak pada tempatnya. Dalam bahasa Indonesia, kutipan ini berarti: “Semua orang itu jenius. Tapi jika kamu menilai seekor ikan dari kemampuannya memanjat pohon, maka seumur hidup ia akan percaya bahwa dirinya bodoh.”
Ungkapan ini tampak sederhana, namun sebenarnya menyimpan pelajaran besar yang relevan bagi pendidikan, dunia kerja, dan kehidupan sosial kita saat ini. Einstein dengan bijak mengingatkan bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan potensi masing-masing. Namun jika seseorang dinilai hanya berdasarkan satu ukuran tertentu, maka potensi itu bisa terkubur, dan lebih buruk lagi, membuat orang tersebut kehilangan kepercayaan diri.
Pendidikan dan Sistem Penilaian yang Seragam
Pernyataan Einstein sangat relevan dalam konteks sistem pendidikan, baik di Indonesia maupun di banyak negara lain. Selama bertahun-tahun, sistem pendidikan cenderung mengukur kecerdasan hanya berdasarkan kemampuan akademik — nilai matematika, sains, atau kemampuan menghafal. Siswa yang unggul dalam seni, olahraga, kreativitas, atau empati, sering kali tidak mendapat ruang yang sama untuk bersinar.
Akibatnya, banyak anak yang tumbuh dengan rasa rendah diri karena merasa “bodoh” hanya karena tidak bisa menjawab soal matematika atau tidak mendapat nilai tinggi dalam ujian nasional. Padahal, seperti ikan yang tidak bisa memanjat pohon, mereka hanya belum diuji pada “air” tempat mereka sebenarnya unggul.
Bayangkan jika tokoh-tokoh besar seperti Steve Jobs, Agnez Mo, atau R.A. Kartini dinilai hanya berdasarkan ujian matematika. Dunia mungkin akan kehilangan inovasi, seni, dan perubahan sosial yang besar. Maka sudah saatnya kita mereformasi cara kita melihat kecerdasan dan prestasi.