Marcus Aurelius: “Terimalah Hal-Hal yang Diikat oleh Takdir, dan Cintailah Orang-Orang yang Dihadirkan ...”
- Cuplikan layar
Jakarta, WISATA — Dalam pusaran kehidupan yang penuh ketidakpastian, banyak dari kita sering mempertanyakan mengapa kita berada di tempat tertentu, mengapa kita bertemu orang-orang tertentu, atau mengapa hidup membawa kita pada jalan yang tak selalu kita rancang. Di tengah refleksi ini, kata-kata dari Marcus Aurelius, seorang filsuf Stoik dan Kaisar Romawi, menghadirkan kebijaksanaan yang menenangkan:
"Accept the things to which fate binds you, and love the people with whom fate brings you together, but do so with all your heart."
(Dalam bahasa Indonesia: "Terimalah hal-hal yang diikat oleh takdir, dan cintailah orang-orang yang dihadirkan takdir dalam hidupmu, namun lakukanlah itu dengan sepenuh hati.")
Pernyataan ini bukan sekadar nasihat untuk pasrah, melainkan ajakan untuk hidup secara sadar dan penuh penerimaan. Filosofi Stoik mengajarkan kita untuk hidup harmonis dengan kenyataan, dan pernyataan Aurelius ini menjadi inti dari ajaran tersebut.
Menerima Takdir Tanpa Penolakan
Kata "accept" atau “terima” dalam kutipan Marcus Aurelius bukan berarti menyerah begitu saja. Dalam konteks Stoik, menerima takdir adalah memahami bahwa ada banyak hal dalam hidup yang tidak bisa kita kontrol—seperti di mana kita lahir, siapa keluarga kita, atau kejadian-kejadian besar yang memengaruhi hidup kita.
Namun, daripada terus memberontak terhadap keadaan yang tidak bisa diubah, Stoikisme mengajarkan bahwa kita bisa menemukan kedamaian dengan menerimanya. Ini adalah bentuk penerimaan aktif: kita mengakui apa yang terjadi, kita tidak menolaknya, dan kita memilih untuk menanggapinya dengan bijak.
Mencintai Orang-Orang yang Dihadiahkan oleh Takdir
Bagian kedua dari kutipan tersebut menyoroti aspek hubungan manusia: “Cintailah orang-orang yang dihadirkan takdir dalam hidupmu.” Dalam hidup, kita tidak bisa memilih semua orang yang hadir di sekitar kita—rekan kerja, tetangga, anggota keluarga, atau bahkan pasangan yang datang dalam cara-cara tak terduga.
Marcus Aurelius mengajak kita bukan hanya untuk menerima kehadiran mereka, tetapi mencintai mereka dengan sepenuh hati. Bukan cinta karena kewajiban, melainkan cinta yang tulus sebagai bentuk penghargaan terhadap keterikatan manusiawi yang diciptakan oleh takdir.
Cinta, dalam konteks Stoik, bukan soal emosi berlebihan, melainkan soal pengakuan terhadap nilai dan martabat orang lain sebagai sesama manusia yang sedang menempuh jalan hidup mereka sendiri.
Melibatkan Hati Sepenuhnya
Frasa "but do so with all your heart" memberi pesan kuat: jangan setengah hati dalam penerimaan dan cinta. Jika takdir membawa kita pada situasi tertentu dan orang-orang tertentu, maka hadapilah dan jalani relasi itu dengan sepenuh hati. Dengan penuh keikhlasan, ketulusan, dan cinta yang tidak bersyarat.
Ini bukanlah bentuk kelemahan. Justru, dalam filosofi Marcus Aurelius, ini adalah bentuk kekuatan tertinggi: menjalani hidup dengan penuh penerimaan dan ketulusan di tengah dunia yang penuh gejolak.
Relevansi dalam Kehidupan Modern
Di era serba cepat dan penuh tekanan ini, banyak dari kita merasa terasing, kecewa dengan keadaan, atau frustrasi karena hidup tidak berjalan sesuai harapan. Di tengah kekacauan itu, kata-kata Marcus Aurelius mengingatkan kita bahwa kebahagiaan sejati bukan terletak pada kontrol mutlak atas segalanya, melainkan pada kemampuan untuk menerima dan mencintai apa yang sudah diberikan hidup kepada kita.
Menerima pekerjaan saat ini, keluarga yang kita miliki, bahkan keterbatasan yang kita rasakan—dan belajar untuk mencintai serta menghargainya—adalah bentuk kedewasaan emosional dan spiritual yang luar biasa.
Menerapkan Prinsip Marcus Aurelius dalam Hidup Sehari-Hari
Berikut beberapa cara menerapkan ajaran ini:
- Terima realitas tanpa terus mengeluh. Fokus pada tindakan yang bisa dilakukan, bukan pada hal yang tak bisa diubah.
- Cintai orang-orang di sekitarmu: keluarga, teman, rekan kerja—dengan cara menghargai mereka sebagai manusia yang juga sedang berjuang menjalani hidup.
- Jangan mencintai atau menerima dengan syarat, tetapi lakukan dengan tulus dan sepenuh hati.
- Bangun rasa syukur atas kehadiran orang-orang tertentu dalam hidupmu, bahkan yang membawa pelajaran melalui luka.
Penutup: Keikhlasan Membuka Jalan Menuju Kebahagiaan
Kutipan Marcus Aurelius bukan hanya refleksi filosofis dari masa lalu, tetapi sebuah prinsip yang sangat relevan hari ini. Dalam dunia yang terus berubah, kemampuan untuk menerima apa yang tidak bisa kita kontrol dan mencintai siapa pun yang hadir dalam hidup kita—dengan sepenuh hati—adalah kekuatan sejati.
Kita mungkin tidak memilih takdir, tetapi kita bisa memilih bagaimana meresponsnya. Dan dalam respons yang penuh kesadaran dan cinta, kita bisa menemukan kebahagiaan yang tulus.