“Mengendalikan Emosi Bukan Berarti Menekannya, Tetapi Memahaminya dan Merespons dengan Bijak” Pesan Donald Robertson
- Image Creator/Handoko
Filsuf seperti Epiktetos dan Marcus Aurelius menekankan bahwa emosi destruktif dapat dihindari dengan berpikir jernih dan melatih batin kita untuk bersikap bijaksana.
Donald Robertson, melalui buku terkenalnya How to Think Like a Roman Emperor, menggabungkan ajaran Stoik kuno dengan teknik psikoterapi modern, menunjukkan bagaimana refleksi diri dan latihan berpikir kritis dapat meredakan emosi negatif.
Psikoterapi Modern: Jangan Tekan, Tapi Kenali
Dalam terapi kognitif perilaku (Cognitive Behavioral Therapy/CBT), emosi tidak dianggap sebagai musuh, tetapi sebagai sinyal penting dari sistem psikologis kita. CBT mengajarkan bahwa dengan mengenali pikiran otomatis yang memicu emosi negatif, kita bisa menggantinya dengan pikiran yang lebih sehat dan rasional.
Menurut data dari American Psychological Association, CBT telah terbukti mengurangi gangguan emosi seperti kecemasan dan depresi hingga 70% pada pasien yang menjalani terapi teratur. Hal ini membuktikan bahwa pendekatan yang menekankan pemahaman dan respons bijak terhadap emosi jauh lebih efektif dibandingkan dengan penekanan atau penghindaran.
Mengapa Menekan Emosi Berbahaya?
Menekan emosi justru berisiko menimbulkan berbagai masalah seperti:
- Gangguan Psikosomatis: Emosi yang tidak diekspresikan bisa memicu tekanan darah tinggi, gangguan lambung, dan penyakit kronis lainnya.
- Ledakan Emosi: Emosi yang terus ditekan akan mencari jalan keluar, dan bisa meledak dalam bentuk kemarahan yang tidak terkendali.
- Kecemasan Kronis: Ketidakmampuan mengekspresikan emosi dengan sehat dapat menyebabkan rasa gelisah dan cemas yang terus-menerus.