Makna Penghinaan Menurut Epictetus: Bukan Apa yang Dikatakan Orang, Tapi Bagaimana Kita Menyikapinya
- Cuplikan layar
Jakarta, WISATA - Di era digital saat ini, di mana satu komentar bisa menyulut amarah dan satu unggahan bisa menimbulkan perpecahan, kemampuan untuk menjaga diri tetap tenang dan tidak mudah tersinggung menjadi keahlian langka. Kita hidup dalam masyarakat yang kian reaktif, di mana opini berbeda sering dianggap serangan, dan kritik dianggap hinaan.
Namun, ribuan tahun lalu, Epictetus, seorang filsuf Stoik dari Yunani kuno, telah menawarkan kunci penting untuk menghadapi dunia yang penuh dengan emosi dan interpretasi ini:
"It is not he who reviles or strikes you who insults you, but your opinion that these things are insulting."
(Bukan dia yang mencaci atau memukulmu yang menghina, tapi pendapatmu bahwa hal-hal itu adalah penghinaan.)
Kutipan ini menyampaikan satu kebenaran mendalam: penghinaan sejati tidak berasal dari luar, melainkan dari penilaian kita sendiri terhadap apa yang terjadi. Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana ajaran ini tetap relevan di zaman modern dan bagaimana kita bisa menerapkannya untuk hidup lebih tenang dan kuat secara mental.
Mengapa Kita Merasa Terhina?
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering merasa tersinggung karena perkataan orang lain. Baik itu komentar dari rekan kerja, sindiran di media sosial, atau omongan tetangga — semuanya bisa melukai perasaan. Tapi jika kita berhenti sejenak dan merenung, kita akan menyadari bahwa yang benar-benar melukai bukanlah kata-kata itu sendiri, melainkan makna yang kita berikan terhadap kata-kata itu.
Misalnya: