Marcus Aurelius: Hidup Bukan Baik atau Buruk, Tapi Arena bagi Kebaikan dan Kejahatan
- Cuplikan layar
Di era modern yang sarat dengan tantangan dan perubahan cepat, banyak orang merasa hidup tidak adil atau bahkan kejam. Namun melalui perspektif Stoik, rasa tidak adil itu bukan berasal dari kehidupan itu sendiri, melainkan dari interpretasi dan pilihan yang manusia buat dalam menjalaninya.
“Kehidupan tidak berniat menyakiti Anda,” ungkap Marcus dalam salah satu catatan pribadinya dalam buku Meditations. “Apa yang menyakitkan hanyalah persepsi Anda sendiri.”
Hal ini selaras dengan tantangan yang sering dihadapi generasi muda saat ini, seperti tekanan sosial, kecemasan eksistensial, serta perasaan tidak memiliki arah. Dalam dunia yang dipenuhi distraksi dan standar kesuksesan artifisial, banyak orang menilai hidup dari aspek luar semata.
Padahal, menurut Marcus Aurelius, hal-hal di luar diri seperti kekayaan, status sosial, atau bahkan penderitaan bukanlah penentu baik buruknya hidup. Yang terpenting adalah bagaimana kita bertindak dan bereaksi secara bijaksana terhadap semua itu.
Menemukan Makna dalam Kehidupan Netral
Jika hidup itu netral — bukan baik atau jahat — maka tugas utama manusia adalah mengisi ruang itu dengan nilai. Kebaikan dan keburukan tidak ditentukan oleh nasib, tetapi oleh pilihan sadar.
Sebagai contoh, seseorang bisa saja lahir dalam kemiskinan, tetapi tetap memilih untuk jujur, bekerja keras, dan berkontribusi bagi masyarakat. Sebaliknya, seseorang yang hidup berkecukupan bisa saja memilih untuk bersikap angkuh atau berbuat curang.