Marcus Aurelius: Lakukan Setiap Tindakan Seolah Itu Adalah yang Terakhir

Marcus Aurelius
Sumber :
  • Cuplikan layar

Jakarta, WISATA — Dalam kehidupan yang serba cepat dan penuh tekanan seperti saat ini, banyak orang terjebak dalam rutinitas tanpa makna. Di tengah kesibukan dan tuntutan dunia modern, pesan dari Marcus Aurelius, kaisar Romawi sekaligus filsuf Stoik, kembali mengemuka: "Do every act of your life as if it were your last." Atau dalam bahasa Indonesia, “Lakukan setiap tindakan dalam hidupmu seolah itu adalah yang terakhir.”

Jules Evans: “Dalam Dunia yang Penuh Kegaduhan, Keheningan Batin adalah Kekuatan Super”

Pesan ini mengajak manusia untuk menjalani hidup secara sadar, penuh makna, dan bertanggung jawab terhadap setiap pilihan dan tindakan yang dilakukan. Bukan sekadar retorika, ajaran Marcus Aurelius merupakan refleksi mendalam yang kini banyak dibicarakan oleh tokoh motivasi, pengamat budaya, hingga pelaku pengembangan diri.

Hidup Penuh Kesadaran di Tengah Keterbatasan Waktu

Jules Evans: “Filsafat Kuno Bukanlah Museum Ide, tetapi Alat Hidup untuk Mengarungi Tantangan Modern”

Marcus Aurelius dalam bukunya Meditations menulis banyak renungan tentang kefanaan hidup. Sebagai seorang kaisar yang juga menghadapi peperangan, wabah, dan intrik politik, ia tidak menulis untuk mengesankan, melainkan untuk mengingatkan dirinya sendiri agar tetap bijak dan fokus pada kebaikan.

“Pesan Marcus ini sangat relevan untuk era sekarang. Hidup tidak bisa ditebak. Maka, setiap keputusan, ucapan, dan tindakan harus dilandasi kesadaran bahwa waktu kita terbatas,” ujar Dr. Arya Wibowo, dosen filsafat Universitas Indonesia.

40 Kutipan Terbaik dari Jules Evans: Peneliti dan Pembicara Publik yang Menghidupkan Filsafat Stoik di Era Modern

Ia menambahkan bahwa banyak orang hidup seolah mereka memiliki waktu tak terbatas. Akibatnya, pekerjaan dilakukan setengah hati, relasi diabaikan, dan potensi diri tidak dimaksimalkan. “Jika setiap tindakan dilakukan seolah-olah itu adalah yang terakhir, maka kita akan lebih tulus, sungguh-sungguh, dan bermakna dalam menjalani hidup,” katanya.

Produktivitas Bukan Sekadar Kuantitas

Dalam dunia kerja dan bisnis, prinsip Marcus Aurelius juga mulai diadopsi sebagai pendekatan baru dalam mengelola produktivitas. Bekerja tidak lagi hanya soal target atau keuntungan semata, melainkan tentang kualitas tindakan.

“Melakukan setiap tugas dengan sepenuh hati dan penuh tanggung jawab menciptakan kepuasan kerja yang lebih dalam,” ujar Anita Pranata, pelatih kepemimpinan dari Surabaya. Menurutnya, filosofi ini membantu para profesional untuk tidak menunda pekerjaan penting dan menghindari distraksi yang tidak esensial.

Ia mencontohkan bagaimana banyak manajer kini mulai mendorong tim mereka untuk lebih fokus pada dampak pekerjaan, bukan sekadar jumlah jam kerja. “Ketika seseorang menyadari bahwa hari ini bisa jadi hari terakhirnya, ia akan bekerja dengan semangat terbaiknya.”

Relevansi untuk Generasi Muda

Di tengah tekanan sosial media, krisis identitas, dan ketidakpastian masa depan, generasi muda juga mulai melirik pemikiran-pemikiran Stoik seperti yang diajarkan Marcus Aurelius. Banyak akun motivasi, podcast pengembangan diri, dan komunitas diskusi mulai menyebarkan pesan tentang hidup penuh kesadaran.

“Generasi muda hari ini haus akan makna. Mereka tidak ingin hidup hanya sekadar bertahan, tapi ingin hidup dengan autentik,” kata Nabila Rizky, pendiri komunitas diskusi Stoik di Bandung. Ia menyebutkan bahwa komunitasnya rutin mengadakan sesi refleksi di mana anggotanya diminta untuk menuliskan satu tindakan bermakna setiap hari.

“Dengan berpikir bahwa hari ini bisa jadi hari terakhir, kami belajar untuk tidak menyia-nyiakan waktu. Kami mulai berani meminta maaf, mengucapkan terima kasih, dan mencoba hal baru tanpa takut gagal,” ujarnya.

Keseimbangan Antara Kesibukan dan Kehadiran

Di zaman di mana kesibukan sering dianggap sebagai tanda kesuksesan, filosofi Marcus Aurelius mengingatkan kita untuk hadir secara utuh dalam setiap momen. Bukan berarti menjadi lambat atau pasif, tetapi belajar untuk fokus dan tidak membiarkan diri hanyut dalam kekosongan rutinitas.

“Banyak orang menyadari betapa berharganya waktu justru ketika mereka jatuh sakit atau kehilangan orang yang dicintai,” ujar dr. Erwin Satya, seorang dokter umum yang juga menggemari filsafat klasik.

Ia mengisahkan pengalamannya melihat pasien yang di akhir hidupnya justru menyesal karena terlalu sibuk bekerja, tapi lupa menikmati waktu bersama keluarga. “Kalau kita hidup seperti yang diajarkan Marcus, kita akan lebih banyak menciptakan momen yang layak dikenang.”

Membangun Makna dalam Setiap Aksi Kecil

Hidup seolah setiap tindakan adalah yang terakhir bukan berarti menjadi dramatis atau fatalis. Sebaliknya, itu adalah ajakan untuk tidak meremehkan tindakan kecil—seperti menyapa orang dengan ramah, mendengarkan dengan penuh perhatian, atau menyelesaikan tugas meski tampak sepele.

“Tidak ada tindakan yang benar-benar kecil jika dilakukan dengan hati,” kata Yosua Hartono, penggiat literasi dari Yogyakarta. Menurutnya, masyarakat Indonesia sebenarnya memiliki akar budaya yang selaras dengan filosofi ini, seperti gotong royong, rasa hormat kepada orang tua, dan nilai ketulusan dalam bertindak.

Penutup: Jadikan Hari Ini Paling Bermakna

Pesan Marcus Aurelius mengajak setiap individu untuk hidup lebih bermakna. Dalam dunia yang penuh gangguan, ketergesaan, dan ketidakpastian, ajaran ini menjadi penyeimbang yang kuat. Ia tidak mengajarkan kita untuk takut mati, tetapi untuk menghargai hidup.

“Hari ini adalah satu-satunya hari yang kita miliki secara pasti. Maka lakukanlah segala sesuatu dengan cara terbaik yang bisa kita lakukan,” ujar Dr. Arya, menutup wawancara.

Dengan menjalani hidup seolah setiap tindakan adalah yang terakhir, kita tak hanya menciptakan hidup yang lebih berarti bagi diri sendiri, tetapi juga meninggalkan dampak yang tulus bagi orang lain. Karena pada akhirnya, hidup bukan tentang seberapa lama kita hidup, tapi seberapa dalam kita mengisinya.