Massimo Pigliucci: “Ketidaksempurnaan adalah Bagian dari Kehidupan. Terimalah dan Gunakan sebagai Pelajaran”

Massimo Pigliucci
Sumber :
  • Image Creator Grok/Handoko

Jakarta, WISATA – Dalam kehidupan yang serba cepat dan penuh tuntutan kesempurnaan, kita kerap kali terjebak dalam tekanan untuk selalu tampil tanpa cela. Media sosial menampilkan gambaran hidup yang ideal: tubuh sempurna, karier sukses, rumah mewah, hubungan harmonis. Namun, di balik segala citra tersebut, filsuf modern Massimo Pigliucci datang dengan pesan yang membumi dan menyentuh hati:
“Ketidaksempurnaan adalah bagian dari kehidupan. Terimalah dan gunakan sebagai pelajaran.”

Marcus Aurelius dan 5 Prinsip Emas untuk Hidup Bahagia

Kutipan ini bukan sekadar kalimat motivasi, tetapi panduan hidup yang realistis. Pigliucci, pengusung filsafat Stoikisme, mengajak kita untuk melihat kekurangan, kegagalan, dan kesalahan bukan sebagai musuh, melainkan sebagai guru.

Tidak Ada Manusia yang Sempurna – Dan Itu Baik

Filsafat Stoik Marcus Aurelius: Jalan Bijak Menghadapi Dunia yang Kacau

Kita sering merasa frustrasi ketika sesuatu tidak berjalan sesuai harapan. Entah itu rencana karier yang gagal, hubungan yang kandas, atau keputusan masa lalu yang kita sesali. Namun, menurut Pigliucci, justru dalam ketidaksempurnaan itulah letak kekuatan manusia.

“Kesalahan bukan tanda kelemahan,” ujarnya dalam berbagai wawancara. “Itu adalah bahan bakar untuk pertumbuhan.”

Marcus Aurelius dan Seni Menghadapi Masalah Hidup

Dengan kata lain, menerima ketidaksempurnaan bukan berarti menyerah atau pasrah. Sebaliknya, itu adalah titik awal dari perubahan yang bermakna. Dengan menerima kekurangan diri, kita membuka ruang untuk berkembang.

Stoikisme dan Seni Menerima Realitas

Dalam Stoikisme, salah satu pilar utama adalah amor fati—mencintai takdir. Bukan berarti kita harus suka dengan hal-hal buruk, tetapi kita belajar menerimanya dengan lapang dada dan menjadikannya bagian dari perjalanan hidup.

Massimo Pigliucci menerapkan prinsip ini dengan mengingatkan bahwa kesempurnaan bukanlah tujuan, tetapi proses. Setiap kegagalan, luka, atau kekurangan adalah potongan mozaik yang membentuk siapa diri kita sebenarnya.

Alih-alih menghabiskan energi untuk menyesali masa lalu, Pigliucci menyarankan kita untuk menanyakan satu hal penting: “Apa yang bisa saya pelajari dari ini?”

Dari Gagal Menjadi Tangguh

Tidak ada orang sukses yang tidak pernah gagal. Justru di balik setiap pencapaian besar, selalu ada kisah jatuh bangun yang sering tidak terlihat.

Banyak tokoh besar seperti Thomas Edison, Steve Jobs, hingga Oprah Winfrey mengalami penolakan dan kegagalan besar sebelum akhirnya sukses. Apa yang membedakan mereka? Mereka tidak menyerah pada ketidaksempurnaan. Mereka menjadikannya pelajaran.

Massimo Pigliucci menyuarakan hal yang sama: “Ketidaksempurnaan bukan hambatan. Itu adalah kesempatan untuk membangun versi terbaik dari diri kita sendiri.”

Hidup Tanpa Topeng Kesempurnaan

Di era digital saat ini, kita sangat mudah membandingkan diri dengan orang lain. Namun, yang kita lihat hanyalah highlight—bukan kenyataan utuh. Kita lupa bahwa setiap orang menyimpan cerita, luka, dan ketidaksempurnaan masing-masing.

Dengan menyadari bahwa ketidaksempurnaan adalah hal yang wajar, kita belajar untuk lebih manusiawi. Kita lebih menerima diri, dan lebih empati terhadap orang lain.

Kita tak perlu selalu sempurna. Yang kita butuhkan adalah keberanian untuk terus mencoba, bangkit, dan belajar dari setiap langkah yang tidak ideal.

Transformasi Dimulai dari Penerimaan

Massimo Pigliucci tidak mengajak kita untuk hidup dalam rasa puas yang stagnan. Sebaliknya, ia mengajak kita untuk hidup dalam kesadaran. Kesadaran bahwa tidak semua hal bisa berjalan mulus, tetapi kita selalu punya pilihan untuk menanggapinya dengan bijak.

Dengan menerima bahwa kita tidak sempurna, kita berhenti menyiksa diri. Kita berhenti membandingkan hidup dengan standar yang tak realistis. Dan kita mulai melangkah dengan kepercayaan diri yang baru—bukan karena kita sempurna, tetapi karena kita terus belajar dan bertumbuh.

Penutup: Peluk Ketidaksempurnaan, Bangun Hidup yang Autentik

Kehidupan bukan tentang menjadi sempurna. Tapi tentang menjadi nyata. Menjadi pribadi yang jujur terhadap diri sendiri, berani menghadapi kelemahan, dan mau terus belajar.

Pesan Massimo Pigliucci mengingatkan kita bahwa setiap kekurangan adalah bagian dari perjalanan menjadi manusia yang lebih utuh. Jadi, alih-alih menolak atau malu terhadap ketidaksempurnaan, mari kita peluk dan jadikan itu kekuatan kita.

Karena pada akhirnya, orang yang kuat bukanlah mereka yang tidak pernah gagal. Tapi mereka yang menjadikan kegagalan sebagai batu loncatan untuk tumbuh menjadi lebih baik.