Seneca: Diam Saat Melihat Kejahatan Sama Saja dengan Mendukungnya
- Cuplikan layar
Jakarta, WISATA – Filsuf Stoik asal Romawi, Lucius Annaeus Seneca, kembali mengingatkan kita akan tanggung jawab moral manusia dalam menghadapi ketidakadilan dan kejahatan di tengah masyarakat. Salah satu kutipannya yang paling tajam berbunyi:
“He who does not prevent a crime when he can, encourages it.”
(Siapa pun yang tidak mencegah kejahatan padahal bisa, sama saja dengan mendukung kejahatan itu.)
Pernyataan ini relevan dalam konteks kehidupan modern, di mana kejahatan dan ketidakadilan tidak hanya terjadi secara fisik, tetapi juga hadir di media sosial, ruang kerja, politik, dan lingkungan sekitar kita. Seneca menegaskan bahwa membiarkan kejahatan tanpa bertindak adalah bentuk persetujuan diam-diam terhadap tindakan tersebut.
Diam Bukanlah Netralitas
Banyak orang mengira bahwa dengan diam atau tidak terlibat, mereka tetap berada dalam posisi netral. Namun, menurut Seneca, justru sikap pasif itulah yang memberi ruang bagi kejahatan untuk berkembang. Bila seseorang memiliki kesempatan untuk mencegah tindakan jahat—baik dalam bentuk korupsi, kekerasan, penipuan, atau ketidakadilan sosial—tetapi memilih untuk menutup mata, maka ia telah menjadi bagian dari masalah.
Dalam perspektif moral Stoik, tindakan tidak hanya diukur dari apa yang kita lakukan, tetapi juga dari apa yang tidak kita lakukan ketika kita seharusnya bertindak.
Tanggung Jawab Sosial Bukan Sekadar Pilihan
Kehidupan masyarakat dibangun atas dasar kepedulian dan tanggung jawab bersama. Ketika seseorang menyaksikan tindakan tidak bermoral dan memilih untuk tidak berbuat apa-apa, ia seakan memberi lampu hijau bagi kejahatan tersebut untuk terus berlanjut.
Misalnya, seorang pegawai yang mengetahui adanya praktik korupsi di kantornya namun memilih bungkam karena takut kehilangan pekerjaan. Atau warga yang melihat tindakan kekerasan di jalanan tetapi tidak melapor karena merasa “bukan urusannya”. Dalam kacamata Seneca, sikap seperti ini justru memperkuat posisi para pelaku kejahatan.
Mengapa Banyak Orang Memilih Diam?
Ada banyak alasan mengapa seseorang memilih untuk tidak bertindak:
- Takut terhadap konsekuensi pribadi
Takut dipecat, dikucilkan, atau bahkan diancam sering menjadi alasan utama. - Merasa tidak berdaya
Banyak orang berpikir bahwa satu suara atau satu tindakan kecil tidak akan membawa perubahan. - Apatis dan acuh tak acuh
Sikap ini sering muncul karena terbiasa dengan ketidakadilan atau merasa tidak terdampak langsung.
Namun justru karena alasan-alasan inilah kejahatan bisa berulang dan menjadi bagian dari sistem.
Peran Individu dalam Mencegah Kejahatan
Seneca ingin mengajak kita untuk berani bersikap. Mencegah kejahatan tidak harus selalu dengan tindakan besar. Hal kecil seperti:
- Melaporkan tindak pidana yang kita lihat atau alami
- Memberikan edukasi kepada orang sekitar
- Menolak untuk ikut dalam praktik tidak jujur
- Mendukung korban yang berani bersuara
Langkah-langkah ini bisa berdampak besar dalam membentuk masyarakat yang lebih adil dan beretika.
Refleksi untuk Kita Semua
Kutipan ini bukan hanya untuk pejabat, penegak hukum, atau tokoh masyarakat. Ini adalah pesan untuk kita semua. Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita dihadapkan pada situasi di mana kita bisa memilih untuk diam atau bertindak.
Mencegah kejahatan bukan selalu berarti menjadi pahlawan besar. Namun, setiap upaya untuk tidak membiarkan keburukan terjadi di hadapan kita—meski kecil—adalah bentuk keberanian moral yang penting.
Kesimpulan: Keberanian Moral adalah Tindakan, Bukan Wacana
Seneca mengajarkan bahwa kejahatan tidak hanya tumbuh dari niat buruk, tetapi juga dari kelalaian orang baik yang memilih untuk tidak peduli. Keberanian sejati bukan hanya melawan penjahat, tetapi juga melawan ketakutan dan kenyamanan pribadi demi membela nilai-nilai yang benar.
Jika kita ingin hidup di dunia yang lebih adil dan bermoral, maka kita harus mulai dari keberanian untuk bertindak saat melihat kesalahan. Diam bukanlah netralitas—diam adalah bentuk persetujuan.