Takut Gagal? Kata Massimo Pigliucci, Rasa Takut Itu Justru Lebih Parah dari Kegagalannya Sendiri
- Image Creator Grok/Handoko
Pigliucci menekankan bahwa manusia cenderung membesarkan rasa takut dalam pikirannya sendiri. Kita membayangkan kegagalan sebagai akhir dari segalanya, padahal kenyataannya, kegagalan bisa menjadi titik balik untuk sesuatu yang lebih baik. Filosofi Stoik mengajarkan kita untuk tidak membiarkan emosi—terutama rasa takut—mengendalikan keputusan hidup kita.
Hadapi, Bukan Hindari
Alih-alih menghindari kemungkinan gagal, Stoikisme mengajarkan kita untuk menghadapinya dengan tenang dan logis. “Apa hal terburuk yang bisa terjadi?” adalah pertanyaan yang sering dianjurkan oleh filsuf Stoik seperti Epictetus, Marcus Aurelius, dan kini, oleh Pigliucci sendiri.
Dengan membiasakan diri merenungkan pertanyaan ini, kita akan sadar bahwa banyak dari ketakutan kita tidak beralasan. Lebih sering, yang membuat kita lumpuh bukan karena kegagalan itu terjadi, tapi karena kita tidak siap secara mental untuk menerimanya.
Kegagalan Bukan Musuh, Tapi Guru
Pigliucci dalam banyak tulisannya menekankan bahwa kegagalan seharusnya dilihat sebagai bagian dari perjalanan, bukan sebagai tanda bahwa kita tidak cukup baik. Ia bahkan menyebut kegagalan sebagai guru yang baik—yang keras memang, tapi jujur dan tidak memihak.
Saat kita gagal, kita belajar mengenali kelemahan kita, memahami kesalahan kita, dan melihat dengan jernih hal-hal yang bisa diperbaiki. Proses itu jauh lebih berharga daripada tidak pernah mencoba sama sekali karena takut.