Latih Kebajikan yang Bisa Kamu Tunjukkan, Pesan Penting dari Marcus Aurelius

Marcus Aurelius
Sumber :
  • Cuplikan layar

Jakarta, WISATA – Pernah merasa tidak cukup pintar, tidak cukup sukses, atau tidak cukup menarik dibandingkan orang lain? Perasaan itu wajar. Tapi jika terus dipelihara, rasa minder bisa jadi penghambat terbesar dalam perjalanan hidup kita. Untungnya, Marcus Aurelius, seorang filsuf Stoik sekaligus Kaisar Romawi, punya nasihat sederhana namun sangat kuat: fokuslah pada hal-hal yang bisa kamu kendalikan—termasuk kebajikan dalam diri.

Mark Tuitert: Berpikirlah seperti Prajurit, Bertindaklah dengan Kasih

Dalam catatan pribadinya yang kini dikenal dengan Meditations, Marcus menulis:

“Tak seorang pun pernah menuduhmu cerdas. Baiklah. Tapi ada banyak hal lain yang tidak bisa kamu sangkal. Latih kebajikan yang bisa kamu tunjukkan: kejujuran, keteguhan, kesabaran, pengendalian diri, ketulusan, dan semangat tinggi. Lihatlah betapa banyak yang kamu miliki, selain sekadar alasan ‘tidak bisa’.”

Mark Tuitert: Kemenangan Hari Ini Dimulai dari Pikiran yang Jernih

Pesan ini sangat relevan di era sekarang. Di tengah media sosial yang kerap membuat kita membandingkan diri dengan pencapaian orang lain, Marcus mengajak kita untuk melihat ke dalam diri. Bukan soal apa yang kita tidak punya, tapi tentang apa yang bisa kita lakukan.

Kita Tidak Harus Sempurna untuk Jadi Baik

Mark Tuitert: Jangan Mengejar Kesempurnaan, Kejarlah Ketulusan

Marcus dengan rendah hati mengakui bahwa ia tidak cerdas secara luar biasa. Tapi ia tidak berhenti di sana. Ia mengalihkan fokusnya pada hal-hal yang bisa ia latih dan kendalikan: sikap dan karakter. Menurut filsafat Stoik, kualitas seperti kejujuran, kesabaran, dan keteguhan bukanlah bawaan lahir, melainkan kebiasaan yang dibentuk dari latihan terus-menerus.

Artinya, siapa pun bisa menjadi pribadi yang lebih baik—terlepas dari latar belakang, pendidikan, atau status sosial. Yang dibutuhkan hanyalah komitmen untuk melatih diri.

Kebajikan Adalah Investasi Hidup

Mengapa penting melatih kebajikan? Karena dalam jangka panjang, itulah yang akan membawa ketenangan, rasa hormat, dan hubungan yang sehat. Saat kita bersikap jujur dan tulus, orang lain akan percaya pada kita. Ketika kita sabar dan penuh pengendalian diri, kita tidak mudah terprovokasi oleh tekanan luar.

Kebajikan seperti ini bukan hanya memberi manfaat bagi orang lain, tetapi juga memperkuat karakter kita sendiri. Ini adalah bentuk investasi batin yang nilainya jauh lebih besar dari kekayaan materi.

Hindari Perangkap “Aku Tidak Bisa”

Marcus mengingatkan bahwa alasan “tidak bisa” seringkali hanyalah bentuk penyangkalan diri. Kita menyabotase potensi sendiri karena terlalu fokus pada kekurangan. Padahal, kita punya lebih banyak kemampuan daripada yang kita sadari.

Dengan menggeser fokus dari kekurangan ke kebajikan, kita mengubah arah hidup. Daripada terus berkata, “Aku tidak sepintar dia,” lebih baik kita berkata, “Tapi aku bisa lebih sabar, lebih jujur, lebih konsisten.”

Latihan Harian yang Bisa Dilakukan

Tidak perlu menunggu momen besar untuk mulai melatih kebajikan. Berikut beberapa langkah kecil yang bisa langsung dipraktikkan:

  • Jujur dalam hal kecil. Mulai dari tidak berbohong saat terlambat, hingga mengakui kesalahan tanpa menyalahkan orang lain.
  • Sabar dalam antrean. Alih-alih mengeluh, gunakan waktu untuk bernapas tenang dan mengamati sekitar.
  • Kendalikan emosi. Saat marah, beri jeda sebelum merespons. Hanya lima detik bisa membuat perbedaan besar.
  • Tulus saat memberi. Lakukan sesuatu untuk orang lain tanpa berharap balasan.
  • Bertanggung jawab atas waktu. Tepat waktu adalah bentuk penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain.

Kesimpulan: Kita Punya Lebih dari yang Kita Sadari

Pesan Marcus Aurelius sederhana: jangan terpaku pada apa yang kamu kurang. Fokuslah pada kebajikan yang bisa kamu tunjukkan. Dunia ini tidak butuh orang yang sempurna—dunia butuh lebih banyak orang yang jujur, sabar, dan tulus. Dan itu semua ada di dalam kendalimu.