Mark Tuitert: Jangan Mengejar Kesempurnaan, Kejarlah Ketulusan
- Cuplikan layar
Malang, WISATA – “Jangan mengejar kesempurnaan, kejarlah ketulusan.” Demikian pesan mendalam dari Mark Tuitert, mantan atlet olimpiade asal Belanda yang kini dikenal sebagai penulis dan pembicara motivasi internasional. Kutipan ini bukan sekadar nasihat biasa, melainkan inti dari filosofi hidup yang ia pelajari dan jalani—Stoikisme, sebuah ajaran filsafat kuno yang kini kembali relevan di tengah tekanan kehidupan modern.
Di era media sosial dan budaya serbainstan, masyarakat cenderung terobsesi dengan kesempurnaan—baik dalam penampilan, pencapaian, hingga gaya hidup. Namun, menurut Tuitert, mengejar kesempurnaan hanya akan membawa seseorang pada kelelahan emosional, ketidakpuasan, dan kehilangan arah.
Sebaliknya, ia mengajak pembacanya untuk memilih jalan yang lebih jujur dan berkesadaran: ketulusan.
Dari Medali Emas ke Renungan Mendalam
Mark Tuitert bukanlah nama asing dalam dunia olahraga. Ia adalah peraih medali emas Olimpiade Musim Dingin Vancouver 2010 dalam cabang speed skating 1500 meter. Di balik gemerlap prestasi, Tuitert mengalami banyak tekanan dan ekspektasi yang sering kali membuatnya mempertanyakan arti pencapaian.
“Saya pernah mengejar kesempurnaan—kecepatan sempurna, strategi balapan sempurna, respons fisik sempurna. Tapi yang saya temukan kemudian adalah kelelahan dan kekosongan,” ujarnya dalam wawancara eksklusif.
Pencarian akan makna itulah yang membawanya pada Stoikisme, yang kini menjadi fondasi pemikirannya, terutama dalam buku terbarunya The Stoic Mindset (2024).