Filsafat Epictetus: Warisan Stoa yang Dipengaruhi Socrates, Plato, dan Logika Megarian
- Image Creator Grok/Handoko
Malang, WISATA - Nama Epictetus mungkin tidak sepopuler Socrates atau Plato dalam percakapan sehari-hari, tetapi pemikirannya memiliki pengaruh besar dalam dunia filsafat, khususnya aliran Stoa. Lahir pada abad pertama Masehi sebagai seorang budak di Hierapolis, Asia Kecil, Epictetus kemudian dikenal sebagai salah satu tokoh utama filsafat Stoa yang pemikirannya membentuk fondasi etika dan logika yang masih relevan hingga kini. Namun, yang menarik, ajaran Epictetus tidak hanya bersumber dari para pendahulunya dalam aliran Stoa, tetapi juga dari tokoh-tokoh besar filsafat lain seperti Plato, bahkan dari aliran Megarian dan kemungkinan kecil dari Aristotelian.
Epictetus tidak menciptakan filsafat dari nol. Gagasan dasarnya berakar kuat pada periode awal Stoikisme, khususnya tulisan-tulisan Zeno dari Citium, Cleanthes, dan Chrysippus yang hidup pada abad ke-3 SM. Epictetus bahkan secara eksplisit menyebut karya-karya seperti On Choice, On Impulse, dan On the Possibles karya Chrysippus sebagai rujukan penting. Ia juga membaca dan mengutip karya dari tokoh Stoa generasi berikutnya seperti Antipater dan Archedemus.
Dari catatan yang masih ada hingga kini, tampak banyak keselarasan antara pemikiran Epictetus dan ajaran klasik Stoa. Namun demikian, ia juga memperlihatkan keterbukaan terhadap pemikiran dari luar tradisi Stoa. Yang paling kentara adalah pengaruh dari Plato, terutama dalam penggambaran tokoh Socrates dalam dialog-dialog pendek Plato.
Tokoh Socrates dalam karya Gorgias memengaruhi pendekatan argumentatif Epictetus yang suka mempertanyakan asumsi dasar lawan bicara dan percaya bahwa klarifikasi nilai-nilai hidup mampu membawa seseorang menuju kebijaksanaan. Hal ini terlihat jelas dalam cara Epictetus mengajar murid-muridnya, sebagaimana terekam dalam Discourses yang ditulis oleh muridnya, Arrian. Selain itu, Theaetetus, salah satu dialog Plato, juga dianggap memberi pengaruh terhadap pemikiran Epictetus tentang kontemplasi dan hubungan antara manusia dan yang ilahi.
Tidak hanya Plato, Epictetus juga mengenal baik argumen terkenal dari aliran Megarian, yakni "Master Argument", yang dikembangkan oleh filsuf Diodorus dan Panthoides. Argumen ini, yang berkaitan erat dengan logika dan kemungkinan, menunjukkan bahwa Epictetus memiliki wawasan luas yang melampaui batas-batas Stoikisme tradisional. Pengetahuan ini kemungkinan besar ia peroleh dari bacaan terhadap risalah-risalah logika Stoik yang lebih tua, yang sering mencantumkan pandangan aliran lain.
Ada pula pendapat dari beberapa sarjana yang menyebut bahwa pemikiran Epictetus mungkin terpengaruh oleh Aristoteles, khususnya karena ia sering menggunakan istilah prohairesis, sebuah istilah teknis dalam Etika Nikomakea karya Aristoteles yang biasanya diterjemahkan sebagai "kehendak" atau "niat sadar". Istilah ini juga menjadi salah satu konsep utama dalam etika Epictetus, yang menekankan pentingnya kontrol diri dan keputusan rasional dalam hidup sehari-hari.
Namun, Epictetus tidak pernah menyebut nama Aristoteles secara langsung dalam Discourses. Oleh karena itu, klaim pengaruh Aristotelian masih bersifat spekulatif. Beberapa sarjana seperti Robert Dobbin menduga bahwa penggunaan istilah prohairesis oleh Epictetus mungkin berasal dari tradisi komentar terhadap Aristoteles yang berkembang pada abad pertama sebelum dan sesudah Masehi, meskipun komentar-komentar ini sudah tidak bertahan hingga saat ini.