Georg Wilhelm Friedrich Hegel: "Pertentangan Menghasilkan Sintesis yang Lebih Tinggi"

Georg Wilhelm Friedrich Hegel
Sumber :
  • Image Creator Grok/Handoko

Jakarta, WISATA — Dalam sejarah pemikiran filsafat modern, nama Georg Wilhelm Friedrich Hegel tak pernah lekang oleh waktu. Salah satu gagasan Hegel yang paling berpengaruh dan kerap dikutip dalam berbagai konteks intelektual, politik, maupun budaya adalah: “Pertentangan menghasilkan sintesis yang lebih tinggi.” Kalimat ini bukan hanya fondasi dari metode dialektika yang ia rancang, tetapi juga menjadi cerminan cara Hegel melihat kenyataan: sebagai proses dinamis yang lahir dari konflik dan berkembang menuju bentuk yang lebih kompleks dan matang.

25 Kutipan Terbaik René Descartes yang Mengubah Pola Pikir Dunia

Bagi Hegel, pertentangan bukanlah sesuatu yang harus dihindari. Justru, dalam setiap benturan ide, dalam setiap krisis, dan dalam setiap perbedaan, tersembunyi potensi pembaruan dan perkembangan. Inilah inti dari apa yang disebutnya sebagai proses dialektika: setiap ide (tesis) pada akhirnya akan menimbulkan lawannya (antitesis), dan dari benturan keduanya lahirlah bentuk pemahaman yang lebih tinggi (sintesis).

Dalam bukunya yang monumental Phenomenology of Spirit (1807), Hegel menunjukkan bagaimana kesadaran manusia berkembang melalui tahap-tahap pertentangan batin dan eksternal, hingga mencapai pemahaman yang lebih utuh tentang dirinya sendiri dan dunia. Ia menyatakan bahwa roh (spirit) manusia tidak pernah statis, melainkan bergerak dan berkembang melalui konflik, baik secara personal maupun historis.

René Descartes: Filsuf Abad ke-17 yang Tetap Relevan di Era Digital

Konsep ini juga tercermin dalam pemikiran sejarah Hegel. Baginya, sejarah dunia bukanlah serangkaian peristiwa acak, melainkan perjalanan panjang menuju kebebasan yang lebih tinggi. Tiap pertentangan sosial, revolusi, atau konflik ideologis dalam sejarah manusia, menurutnya, bukanlah kegagalan, melainkan bagian penting dari gerak sejarah menuju kesadaran dan tatanan yang lebih rasional.

Relevansi kutipan Hegel di masa kini sangat terasa, terlebih dalam dunia yang tengah diliputi oleh polarisasi sosial, politik, dan budaya. Banyak yang mencoba menghindari perdebatan atau konflik dengan alasan menjaga kedamaian. Namun, Hegel justru menawarkan sudut pandang yang berbeda: pertentangan, jika diolah dengan rasional dan terbuka, justru menjadi jalan menuju solusi yang lebih adil dan menyeluruh.

René Descartes dan Metode Keraguan: Kunci Menuju Kebenaran

Tidak mengherankan bila pemikiran ini kemudian mengilhami banyak tokoh besar lain, dari Karl Marx yang mengembangkan teori materialisme dialektis, hingga para filsuf eksistensialis dan post-strukturalis yang melihat konflik sebagai bagian alami dari kehidupan manusia. Di dunia politik, konsep ini menjadi kerangka dalam membaca perubahan sistem pemerintahan, revolusi sosial, bahkan transformasi budaya.

Dalam konteks pendidikan dan pengembangan diri, kutipan ini juga mengandung makna mendalam. Banyak ahli psikologi dan pelatih kepemimpinan menggunakan prinsip dialektika untuk mendorong proses belajar yang aktif dan reflektif. Belajar bukan sekadar menyerap informasi, tetapi melalui diskusi, konfrontasi gagasan, dan evaluasi diri. Proses inilah yang melahirkan pemahaman baru—sintesis—yang lebih kaya dan berdaya guna.

Halaman Selanjutnya
img_title