Menjalani Hari Seperti Terakhir: Pelajaran Abadi dari Marcus Aurelius tentang Hidup Tanpa Penyesalan
- Image Creator Bing/Handoko
Jakarta, WISATA – Dalam dunia yang serba cepat dan penuh tekanan, nasihat dari seorang filsuf Romawi kuno kembali menggema dengan kuat: “Kesempurnaan karakter adalah ini: menjalani setiap hari seolah-olah itu hari terakhirmu, tanpa tergesa, tanpa apatis, tanpa kemunafikan.” Kalimat bijak dari Marcus Aurelius ini memberikan panduan filosofis yang begitu relevan bagi manusia modern yang kerap terjebak dalam rutinitas tanpa makna.
Marcus Aurelius, salah satu tokoh besar Stoikisme dan kaisar Romawi yang dikenal dengan catatan pribadinya Meditations, mengajarkan bahwa inti dari kehidupan yang utuh dan bermakna adalah kesadaran penuh akan waktu. Bagi Marcus, kesempurnaan moral bukan semata tentang perbuatan besar, tetapi tentang bagaimana seseorang hadir secara otentik dalam setiap detik kehidupannya.
Filsafat Stoik: Jalan Menuju Integritas dan Keberanian Moral
Filsafat Stoik mengedepankan kendali atas pikiran dan emosi. Dalam konteks kutipan tersebut, Marcus menekankan pentingnya hidup dengan integritas—tidak berpura-pura, tidak menunda-nunda, dan tidak membiarkan diri hanyut dalam keacuhan. Stoikisme mengajarkan bahwa seseorang harus bersikap jujur terhadap dirinya sendiri, memanfaatkan waktunya dengan sebaik-baiknya, dan menghindari kesia-siaan.
Menjalani hari seolah itu adalah hari terakhir bukan berarti hidup dalam ketakutan atau kecemasan. Justru sebaliknya, ini adalah ajakan untuk hidup secara penuh dan sadar, dengan fokus pada nilai-nilai yang benar-benar berarti: kejujuran, keberanian, tanggung jawab, dan kasih sayang.
Relevansi Kutipan Marcus Aurelius di Era Modern
Dalam kehidupan kontemporer, banyak orang merasa terjebak dalam keharusan mengejar target, citra, dan kesuksesan semu. Waktu terasa seperti sesuatu yang bisa ditunda atau dibuang. Namun kenyataannya, waktu adalah sumber daya yang tidak dapat diperbarui. Maka, kutipan Marcus Aurelius menjadi refleksi penting bagi siapa saja yang merasa hidupnya berjalan autopilot.