Stoa dan Filsafat Stoik: Keteguhan Jiwa di Tengah Badai Kehidupan
- Image Creator Bing/Handoko
Dengan menjadikan kebajikan sebagai tujuan hidup, Stoisisme menjauhkan diri dari pengejaran kesenangan semata.
Epiktetos, Seneca, dan Marcus Aurelius: Wajah Stoisisme
Tiga tokoh penting yang memperkuat dan menyebarkan Stoisisme ke berbagai lapisan masyarakat adalah:
- Epiktetos, mantan budak yang menjadi guru moral, mengajarkan bahwa kebebasan sejati berasal dari pengendalian diri.
- Seneca, negarawan dan penulis Romawi, menekankan pentingnya melatih jiwa lewat refleksi harian dan ketenangan batin.
- Marcus Aurelius, kaisar Romawi dan filsuf, menulis Meditations—sebuah catatan pribadi penuh hikmah yang hingga kini menjadi referensi utama filsafat hidup.
Karya-karya mereka masih menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang, termasuk kalangan bisnis, militer, hingga terapis psikologis modern.
Tidak Takut Menderita, Tidak Terikat Bahagia
Stoisisme tidak menyuruh manusia menolak emosi, tetapi melatih emosi agar tidak menguasai diri. Seorang Stoik sejati akan tetap tenang saat kehilangan, tidak sombong saat berhasil, dan tidak takut menghadapi kematian. Hidup, bagi mereka, adalah ujian integritas, bukan panggung untuk mengejar kesenangan.