Stoa dan Filsafat Stoik: Keteguhan Jiwa di Tengah Badai Kehidupan

Zeno dari Kition
Sumber :
  • Image Creator Bing/Handoko

Dengan menjadikan kebajikan sebagai tujuan hidup, Stoisisme menjauhkan diri dari pengejaran kesenangan semata.

Seneca: Hidup Kita Tidak Pendek, Kita Sendiri yang Menyia-nyiakannya

Epiktetos, Seneca, dan Marcus Aurelius: Wajah Stoisisme

Tiga tokoh penting yang memperkuat dan menyebarkan Stoisisme ke berbagai lapisan masyarakat adalah:

  • Epiktetos, mantan budak yang menjadi guru moral, mengajarkan bahwa kebebasan sejati berasal dari pengendalian diri.
  • Seneca, negarawan dan penulis Romawi, menekankan pentingnya melatih jiwa lewat refleksi harian dan ketenangan batin.
  • Marcus Aurelius, kaisar Romawi dan filsuf, menulis Meditations—sebuah catatan pribadi penuh hikmah yang hingga kini menjadi referensi utama filsafat hidup.
John Sellars: “Kita Tidak Harus Mengikuti Arus Zaman; Kita Bisa Memilih untuk Bijak dalam Kebisingan”

Karya-karya mereka masih menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang, termasuk kalangan bisnis, militer, hingga terapis psikologis modern.

Tidak Takut Menderita, Tidak Terikat Bahagia

Seneca: Hidup Ini Terlalu Singkat Jika Kita Lupa Masa Lalu, Abaikan Hari Ini, dan Takut Akan Masa Depan

Stoisisme tidak menyuruh manusia menolak emosi, tetapi melatih emosi agar tidak menguasai diri. Seorang Stoik sejati akan tetap tenang saat kehilangan, tidak sombong saat berhasil, dan tidak takut menghadapi kematian. Hidup, bagi mereka, adalah ujian integritas, bukan panggung untuk mengejar kesenangan.

Halaman Selanjutnya
img_title