Seneca: “Keberuntungan adalah Apa yang Terjadi Saat Persiapan Bertemu dengan Kesempatan”
- Image Creator/Handoko
Jakarta, WISATA – Filsuf Stoik terkenal dari Roma Kuno, Lucius Annaeus Seneca, meninggalkan banyak warisan pemikiran yang masih relevan hingga hari ini. Salah satu kutipan terkenalnya berbunyi:
“Luck is what happens when preparation meets opportunity.”
(Keberuntungan adalah apa yang terjadi saat persiapan bertemu dengan kesempatan.)
Kutipan ini tidak hanya menjadi mantra bagi para pemimpin, pengusaha, maupun atlet, tetapi juga merupakan panduan hidup Stoik yang mengajak manusia untuk tidak bergantung pada nasib semata, melainkan membangun kehidupan lewat kesiapan dan ketekunan.
Makna Filosofis di Balik “Keberuntungan”
Bagi Seneca, keberuntungan bukanlah konsep mistis yang terjadi secara acak. Dalam pandangan Stoik, keberuntungan lebih dekat dengan konsekuensi dari kesiapan yang terus diasah. Dalam tulisannya, ia kerap mengingatkan bahwa kita tidak mengendalikan peristiwa eksternal, tapi kita bisa mengendalikan respons kita terhadapnya.
Artinya, ketika kesempatan muncul—yang di luar kendali kita—satu-satunya hal yang bisa kita lakukan adalah bersiap sejak dini. Dan ketika dua unsur ini bertemu: kesempatan dan persiapan, maka muncullah apa yang disebut “keberuntungan”.
Relevansi Stoikisme dalam Dunia Modern
Prinsip ini juga banyak diadopsi dalam dunia modern. Para motivator bisnis seperti Tony Robbins dan praktisi Stoik kontemporer seperti Ryan Holiday dan William B. Irvine sering mengutip pandangan serupa dalam karya mereka.
Holiday, dalam bukunya The Obstacle Is the Way, menegaskan bahwa kesuksesan besar sering muncul dari hambatan, tetapi hanya bisa diraih oleh mereka yang siap secara mental, emosional, dan strategis untuk menghadapinya.
Perspektif Ilmiah: Habit, Latihan, dan Kesempatan
Ilmu psikologi modern mendukung gagasan Seneca. Dalam buku Grit karya Angela Duckworth, disebutkan bahwa kesuksesan jangka panjang bukan soal bakat semata, tetapi gabungan antara latihan tekun (deliberate practice) dan kemampuan bertahan dalam menghadapi kegagalan.
Begitu pula dalam penelitian Carol Dweck tentang growth mindset, disimpulkan bahwa individu yang menganggap kegagalan sebagai bagian dari proses pembelajaran akan lebih siap mengambil peluang—dan lebih mungkin dianggap “beruntung”.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Dalam semangat Stoikisme, kutipan Seneca bisa diterjemahkan ke dalam praktik harian:
1. Latihan Harian: Tingkatkan keahlian, bahkan saat belum ada peluang konkret.
2. Visualisasi Negatif: Siapkan mental untuk kemungkinan gagal, agar tetap tangguh saat peluang nyata datang.
3. Refleksi Diri: Evaluasi kemajuan dan strategi setiap hari.
4. Sabar dan Konsisten: Jangan menunggu kesempatan, tapi bangun kesiapan terus-menerus.
Kata-kata Seneca Menjadi Panduan Abadi
Dalam era yang serba cepat dan penuh ketidakpastian, kutipan ini tetap bersinar sebagai penuntun. Alih-alih berharap pada “keberuntungan” tanpa arah, Stoikisme mengajak manusia untuk membangun fondasi mental, moral, dan praktis yang membuat kita siap kapan pun peluang datang.
“Keberuntungan adalah apa yang terjadi saat persiapan bertemu dengan kesempatan.” – Seneca
Kalimat yang sederhana ini menyimpan filosofi kehidupan yang mengajak kita untuk berhenti mengandalkan nasib, dan mulai menjadi arsitek nasib kita sendiri.