Kamp Perang Tiga Puluh Tahun yang Ditemukan di Jerman Mengungkap Kehidupan Sehari-hari yang Penuh Misteri
- archaeologymag.com/Archaeological Service Tschuch
Malang, WISATA – Para arkeolog di Bavaria telah menemukan sisa-sisa salah satu kamp militer berbenteng terbesar yang diketahui dari Perang Tiga Puluh Tahun, di Stein dekat Nuremberg, Jerman. Situs tersebut, yang ditemukan selama projek pembangunan di Blumenviertel (Kawasan Bunga) kota itu, diidentifikasi sebagai perkemahan tahun 1632 milik Jenderal Kekaisaran Albrecht von Wallenstein, yang memimpin pasukannya selama kampanye melawan pasukan Swedia di bawah Raja Gustavus Adolphus.
Perang Tiga Puluh Tahun (1618–1648) menghancurkan sebagian besar Eropa, khususnya negara-negara Jerman, yang populasinya berkurang lebih dari setengahnya. Perang ini bermula sebagai konflik agama antara negara-negara Katolik dan Protestan, tetapi berkembang menjadi konflik politik yang lebih luas antara negara-negara besar seperti Swedia, Prancis, Spanyol dan Kekaisaran Habsburg.
Penggalian yang dilakukan oleh Kantor Negara Bagian Bavaria untuk Pelestarian Monumen (BLfD) antara Mei 2022 dan Maret 2023 menemukan bahwa perkemahan besar Wallenstein membentang lebih jauh ke selatan daripada yang diperkirakan para sejarawan sebelumnya. "Kejutan pertama adalah bahwa penggalian berakhir di tengah perkemahan Wallenstein," kata Dr. Stefanie Berg, kepala Departemen Warisan Arkeologi BLfD. "Jalur pasti garis benteng selatan tidak diketahui berdasarkan peta sejarah. Sekarang kita tahu bahwa perkemahan Wallenstein membentang lebih jauh ke selatan daripada yang diasumsikan."
Kamp itu dihuni sekitar 50.000 tentara, 15.000 kuda, dan 30.000 warga sipil yang terdiri dari pedagang, penghibur dan kerabat tentara yang ikut dalam ketentaraan. Para arkeolog menemukan berbagai macam barang sehari-hari yang menggambarkan kehidupan di pemukiman masa perang: kancing, gesper, gunting, pisau, manik-manik kaca, pecahan keramik, kawat perak, bidal, kumparan pemintal benang dan sisa-sisa peralatan menjahit.
Banyak koin yang ditemukan, seperti koin Kreuzer yang menampilkan potret Elektor Maximilian I dari Bavaria dan Kaisar Ferdinand III, yang membantu menentukan tanggal situs tersebut dengan pasti. Penemuan lainnya adalah kaca mahkota yang meleleh dan sisa-sisa peluru senapan timah — yang menunjukkan bahwa kaca mungkin dibawa secara khusus untuk memanen timah sebagai amunisi — dan tumpukan komponen logam, yang mungkin telah disimpan agar tidak jatuh ke tangan musuh atau dapat digunakan kembali.
Salah satu penemuan yang paling membingungkan adalah sebuah makam di tepi kamp, satu-satunya makam yang digali sepenuhnya yang ditemukan di lokasi tersebut. Jenazahnya, yang diasumsikan sebagai seorang wanita muda, telah dikuburkan dalam posisi miring — posisi yang tidak biasa untuk pemakaman Kristen pada saat itu. Ia mengenakan pakaian sutra mewah yang dijalin dengan benang emas dan perak dan dikuburkan dengan barang-barang tersendiri seperti cincin perunggu, kait pakaian dan rantai paduan timah dan timbal.
Penanggalan radiokarbon memastikan bahwa penguburan tersebut dilakukan pada masa pendudukan di kamp, tetapi analisis isotop tidak dapat menentukan asal atau penyebab kematian individu tersebut. Para peneliti menduga bahwa wanita tersebut bisa jadi adalah istri seorang perwira atau orang berpangkat tinggi. Meskipun telah dilakukan penyelidikan yang cermat, identitas wanita tersebut dan mengapa ia dikuburkan dengan cara yang tidak biasa tersebut masih belum terpecahkan.