Mutiara Hikmah: Bishr Hafi, Sufi Bertelanjang Kaki yang Diangkat Derajatnya oleh Allah
- Image Creator Grok/Handoko
Jakarta, WISATA - Dalam sejarah Islam, banyak kisah tokoh sufi yang menginspirasi dengan perjalanan hidupnya yang penuh makna. Salah satunya adalah Bishr al-Hafi, seorang sufi besar yang dikenal dengan kezuhudan dan ketakwaannya. Julukan “Hafi” dalam namanya, yang berarti "bertelanjang kaki", menjadi simbol kehidupannya yang penuh kerendahan hati dan pengabdian kepada Allah. Kisah pertobatannya yang menggetarkan hati menjadi pelajaran bagi siapa saja yang ingin menemukan cahaya di tengah kegelapan dunia.
Dari Kehidupan Penuh Maksiat Menuju Cahaya Ilahi
Bishr al-Hafi lahir di Baghdad pada abad ke-8 Masehi. Sebelum dikenal sebagai seorang sufi, ia hidup dalam kelalaian, sering menghabiskan waktunya dengan hiburan duniawi. Ia berasal dari keluarga yang mampu, tetapi kekayaannya justru membuatnya tenggelam dalam kehidupan yang jauh dari agama.
Hingga suatu hari, sebuah peristiwa mengubah jalan hidupnya. Dikisahkan bahwa dalam keadaan mabuk, ia menemukan secarik kertas bertuliskan nama Allah tergeletak di tanah. Dengan penuh hormat, ia mengambil kertas itu, membersihkannya, dan meletakkannya di tempat yang layak serta mewangikannya dengan minyak wangi terbaik.
Malam itu, ia bermimpi dan mendengar suara yang berkata:
"Wahai Bishr, engkau telah memuliakan nama-Ku di dunia, maka Aku pun akan memuliakan namamu di dunia dan akhirat."
Peristiwa ini mengguncang hatinya. Ia sadar bahwa selama ini hidupnya hanya dihabiskan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Sejak saat itu, ia meninggalkan kehidupan lamanya, bertobat, dan memilih jalan sufi, mengabdikan seluruh hidupnya untuk mendekat kepada Allah.
Mengapa Bishr Hafi Tidak Mau Memakai Alas Kaki?
Salah satu hal yang paling dikenal dari Bishr al-Hafi adalah kebiasaannya berjalan tanpa alas kaki. Banyak yang bertanya mengapa ia tidak memakai sandal atau sepatu.
Bishr menjawab dengan penuh ketulusan:
"Aku bertobat kepada Allah di jalan ini tanpa alas kaki, maka aku ingin tetap seperti ini sebagai pengingat bahwa aku kembali kepada-Nya dengan penuh kerendahan hati."
Baginya, bertelanjang kaki adalah simbol kesederhanaan dan ketundukan total kepada Allah. Ia tidak ingin kembali merasakan kemewahan dunia, karena baginya kehidupan sejati adalah kehidupan yang dipenuhi dengan dzikir dan ibadah.
Kebijaksanaan dan Hikmah Bishr Hafi
Sebagai seorang sufi, Bishr al-Hafi memiliki banyak perkataan bijak yang hingga kini masih relevan. Beberapa di antaranya adalah:
1. Hakikat Kesucian Hati
"Barang siapa yang hatinya bersih, ia tidak akan peduli dengan kemewahan dunia."
Bishr menekankan bahwa kesucian hati lebih penting daripada penampilan luar. Ia selalu mengingatkan bahwa seorang hamba harus lebih fokus pada kebersihan jiwanya daripada hanya sekadar tampil baik di hadapan manusia.
2. Keikhlasan dalam Beribadah
"Beramallah tanpa mengharap pujian. Karena yang lebih penting adalah bagaimana Allah menilaimu, bukan bagaimana manusia memandangmu."
Keikhlasan adalah prinsip utama dalam setiap ibadah. Bishr mengajarkan bahwa segala amal harus dilakukan semata-mata untuk Allah, bukan untuk mencari penghormatan atau pengakuan dari manusia.
3. Zuhud dan Menjauhi Cinta Dunia
Bishr menolak segala bentuk kehidupan mewah dan lebih memilih hidup sederhana. Baginya, dunia hanyalah tempat singgah sementara, dan kesenangan sejati ada di akhirat.
Pelajaran dari Bishr Hafi untuk Kehidupan Modern
Di zaman sekarang, banyak orang yang mengejar dunia, mencari harta dan popularitas, tetapi tetap merasa kosong. Kisah Bishr Hafi mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati tidak datang dari kemewahan, melainkan dari hati yang ikhlas dan dekat dengan Allah.
Hidup sederhana, tidak terikat dengan dunia, dan senantiasa mengingat Allah adalah pelajaran utama yang bisa kita ambil dari perjalanan hidupnya.
Penutup
Kisah Bishr Hafi adalah pengingat bahwa Allah bisa mengangkat derajat siapa saja yang bertobat dengan tulus dan kembali kepada-Nya. Ia adalah bukti bahwa bahkan seseorang yang pernah hidup dalam kelalaian bisa berubah menjadi seorang yang dicintai oleh Allah.
Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari kehidupannya dan senantiasa berusaha memperbaiki diri agar lebih dekat kepada Allah.