Dibalik Kesuksesan Tim Ferriss: Bagaimana Filosofi Stoik Membentuk Hidupnya
- Image Creator/Handoko
Jakarta, WISATA - Jika ada satu hal yang membuat Tim Ferriss berbeda dari banyak tokoh sukses lainnya, itu adalah pendekatannya terhadap hidup dan tantangan. Penulis bestseller "The 4-Hour Workweek" ini bukan hanya seorang pengusaha sukses dan investor, tetapi juga seorang pemikir yang mendalami filosofi Stoikisme. Dalam perjalanannya, Ferriss menemukan bahwa ajaran Stoik bukan hanya sekadar teori kuno, tetapi prinsip-prinsip praktis yang dapat membantu siapa saja menghadapi tekanan hidup di era modern.
Menemukan Stoikisme di Tengah Ketidakpastian
Tim Ferriss sering kali membagikan kisah pribadinya tentang bagaimana filosofi Stoik mengubah hidupnya. Dalam salah satu wawancaranya, ia mengungkapkan bahwa ia mulai mendalami Stoikisme ketika mengalami masa-masa sulit dalam hidupnya. Dengan begitu banyak tekanan dari dunia bisnis, ekspektasi sosial, dan ketakutan akan kegagalan, Ferriss menemukan bahwa Stoikisme menawarkan perspektif yang membantunya tetap tenang dan fokus.
Salah satu konsep utama dalam Stoikisme adalah dikotomi kendali, yang mengajarkan bahwa ada hal-hal yang dapat kita kendalikan dan ada hal-hal yang berada di luar kendali kita. Menurut Ferriss, memahami konsep ini membantunya mengurangi kecemasan dan lebih fokus pada tindakan yang benar-benar berarti.
Latihan Mental dan Fisik ala Ferriss
Sebagai seorang praktisi Stoik modern, Tim Ferriss kerap menerapkan berbagai latihan Stoik yang membantunya mengelola rasa takut, mengasah disiplin, dan meningkatkan ketahanan mental. Salah satu teknik favoritnya adalah "voluntary discomfort" atau ketidaknyamanan yang disengaja. Ia percaya bahwa dengan sengaja mengalami ketidaknyamanan dalam dosis kecil, seseorang bisa membangun mental yang lebih kuat dan lebih siap menghadapi ketidakpastian hidup.
Contohnya, Ferriss sering menjalani eksperimen seperti hidup hanya dengan pakaian dan makanan sederhana selama beberapa hari untuk membuktikan pada dirinya sendiri bahwa ia bisa bertahan tanpa kemewahan. Latihan ini diambil dari ajaran filsuf Stoik seperti Seneca yang percaya bahwa dengan mengalami ketidaknyamanan, seseorang bisa mengurangi ketakutan terhadap kemiskinan dan kegagalan.