Sofis: Alat Manipulasi oleh Politisi Busuk dan Kaum Kapitalis yang Mengikis Demokrasi Global
- Image Creator Grok/Handoko
Di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, India, dan Indonesia, strategi komunikasi yang mirip dengan teknik sofis telah digunakan untuk menyebarkan disinformasi dan memecah belah masyarakat.
Misalnya, kampanye politik yang dipimpin oleh figur-figur populis sering kali mengandalkan penyederhanaan isu-isu kompleks, penciptaan musuh bersama, dan penggunaan bahasa yang memicu emosi negatif. Teknik-teknik ini, yang berakar dari ajaran sofisme, dapat mengikis kepercayaan masyarakat terhadap lembaga-lembaga demokratis dan merusak proses pengambilan keputusan yang rasional.
Sumber: Reuters Institute Digital News Report (2024)
Peran Kaum Kapitalis dalam Menggunakan Retorika Manipulatif
Tidak hanya politisi, kaum kapitalis juga memanfaatkan retorika sofis untuk mempromosikan kepentingan mereka. Di era globalisasi dan pasar bebas, perusahaan-perusahaan besar menggunakan strategi komunikasi yang sangat persuasif untuk membentuk persepsi konsumen dan mempengaruhi kebijakan ekonomi.
Iklan-iklan dengan klaim yang sulit diverifikasi dan narasi yang menggugah emosi sering digunakan untuk meningkatkan penjualan dan mempertahankan dominasi pasar. Teknik ini mengaburkan batas antara fakta dan opini, sehingga konsumen dapat dengan mudah terpengaruh oleh informasi yang tidak sepenuhnya benar.
Sumber: Pew Research Center (2023)
Tantangan dan Solusi dalam Menghadapi Manipulasi Retoris
Dalam menghadapi era di mana retorika manipulatif semakin marak, penting bagi masyarakat dan lembaga pemerintahan untuk mengambil langkah-langkah strategis guna melindungi demokrasi dan memastikan informasi yang diterima bersifat akurat. Beberapa solusi yang dapat diterapkan antara lain:
Peningkatan Literasi Digital
Masyarakat perlu dibekali dengan kemampuan untuk memilah dan mengevaluasi informasi yang mereka terima, terutama melalui media digital. Program literasi digital yang diselenggarakan oleh pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat sangat penting untuk mengurangi dampak disinformasi.
Sebuah studi dari We Are Social (2024) menunjukkan bahwa peningkatan literasi digital dapat menurunkan penyebaran hoaks hingga 30% di kalangan pengguna aktif media sosial.
Sumber: We Are Social Report 2024