Pierre Hadot: Filsuf yang Mengungkap Kesalahan Akademisi dalam Memahami Stoicisme
- Image Creator Grok/Handoko
Kesalahan Dunia Akademis dalam Mengartikan Stoicisme
Salah satu kritik utama Hadot terhadap akademisi adalah bahwa mereka sering kali memisahkan teori dan praktik dalam filsafat. Mereka memperlakukan Stoicisme seperti sebuah sistem pemikiran abstrak yang hanya bisa dipahami melalui studi mendalam, padahal para filsuf kuno menganggapnya sebagai pedoman untuk kehidupan sehari-hari.
Sebagai contoh, banyak akademisi melihat Marcus Aurelius sebagai seorang kaisar-filsuf yang sekadar menulis pemikirannya dalam Meditations untuk menguraikan doktrin Stoik. Padahal, menurut Hadot, buku tersebut bukanlah tulisan akademis atau karya filsafat dalam pengertian modern. Meditations adalah catatan pribadi Marcus Aurelius, semacam jurnal reflektif yang ia gunakan untuk melatih pikirannya sendiri dan menjaga ketenangan di tengah tekanan sebagai seorang pemimpin.
Begitu juga dengan Epictetus. Banyak akademisi membahas Discourses dan Enchiridion sebagai teks yang penuh dengan argumen logis tentang kebajikan dan determinisme. Namun, Hadot menunjukkan bahwa tulisan-tulisan Epictetus sebenarnya lebih menyerupai pedoman praktis bagi para muridnya untuk menghadapi kehidupan dengan lebih bijak dan penuh ketenangan.
Kesalahan akademisi, menurut Hadot, adalah mereka membaca teks-teks ini seperti membaca buku teori ekonomi atau sains—sebagai kumpulan gagasan yang harus dipahami secara intelektual. Mereka lupa bahwa bagi para filsuf kuno, filsafat adalah sebuah seni hidup yang harus dipraktikkan setiap hari.
Filsafat sebagai Latihan Spiritual
Salah satu konsep terpenting yang diperkenalkan Hadot adalah bahwa filsafat kuno sebenarnya merupakan serangkaian latihan spiritual atau spiritual exercises. Ini bukan berarti ritual keagamaan atau praktik mistis, tetapi lebih kepada latihan mental yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan, ketenangan, dan kebijaksanaan seseorang.