Rahasia Hidup Lebih Tenang dan Produktif ala Tim Ferriss: Seni Mengelola Stres dengan Filosofi Stoikisme
- Image Creator/Handoko
Stoikisme adalah aliran filsafat yang berkembang di Yunani kuno sekitar abad ke-3 SM. Tokoh-tokoh penting dalam stoikisme termasuk Marcus Aurelius, Seneca, dan Epictetus. Inti dari ajaran mereka sederhana namun sangat dalam: kita tidak bisa mengendalikan apa yang terjadi di luar diri kita, tapi kita bisa mengendalikan bagaimana kita meresponsnya.
Stoikisme mengajarkan untuk menerima kenyataan tanpa drama berlebihan, mengelola emosi dengan bijak, dan fokus pada apa yang benar-benar bisa kita kontrol—yakni pikiran, sikap, dan tindakan kita sendiri.
Meskipun berasal dari ribuan tahun lalu, ajaran ini tetap relevan di dunia modern yang penuh dengan distraksi, tekanan sosial, dan tuntutan karier. Bagi Tim Ferriss, stoikisme bukan sekadar teori filosofis, melainkan alat praktis untuk menghadapi tantangan hidup.
Stoikisme ala Tim Ferriss: Strategi Praktis untuk Mengelola Stres dan Menjadi Lebih Efisien
Tim Ferriss bukan tipe orang yang suka berlama-lama membahas teori tanpa penerapan nyata. Ia dikenal sebagai seseorang yang gemar bereksperimen dengan berbagai teknik untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Berikut adalah beberapa prinsip stoik yang diadaptasi Ferriss ke dalam kehidupan sehari-harinya.
Premeditatio Malorum: Membayangkan Hal Terburuk untuk Merasa Lebih Tenang
Salah satu teknik stoik favorit Ferriss adalah premeditatio malorum, yang berarti “membayangkan hal-hal buruk sebelum terjadi.” Sekilas, ini mungkin terdengar pesimis. Tapi sebenarnya, teknik ini membantu kita mempersiapkan diri secara mental untuk menghadapi kemungkinan terburuk, sehingga saat hal tersebut benar-benar terjadi, kita tidak terkejut atau panik.
Ferriss menggunakan teknik ini dengan membuat daftar skenario terburuk yang mungkin terjadi dalam situasi tertentu. Misalnya, sebelum memulai proyek besar atau mengambil keputusan berisiko, ia menulis: