Metode Arkeologi Baru Menghubungkan Pemukiman Besar Kuno dengan Konsep Modern tentang Perkembangan Manusia

Gambar Rekonstruksi Tempat Pertemuan di Pemukiman Cucuteni-Trypillia
Sumber :
  • archaeologymag.com/Susanne Beyer / Kiel University

Malang, WISATA – Sebuah penelitian terkini  mengungkap sebuah metode baru untuk mengeksplorasi dinamika sosial kuno dan kesejahteraan individu melalui arkeologi. Dengan menggunakan pendekatan kapabilitas, sebuah kerangka filosofis yang dikembangkan oleh ekonom dan filsuf India Amartya Sen, penelitian tersebut menjembatani kesenjangan antara sisa-sisa material kuno dan konsep-konsep modern seperti Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Perserikatan Bangsa-Bangsa. Diterbitkan dalam jurnal Open Archaeology, penelitian tersebut menyoroti pemukiman besar pertama di Eropa, yang ada sekitar 7.000 hingga 5.000 tahun yang lalu.

UNDIP Gelar Sarasehan Strategis: Potensi Bisnis, Riset, dan Pengabdian Masyarakat di Sektor Perikanan

Pendekatan kemampuan menekankan bahwa kesejahteraan manusia lewat harta benda yang dimiliki dan mencakup peluang serta kemampuan yang memungkinkan individu dan masyarakat menjalani kehidupan yang bermakna. Meskipun konsep ini mendukung Human Development Index (HDI) saat ini, penerapannya pada masyarakat kuno menghadirkan tantangan. Bagaimana menggunakan sisa-sisa statis budaya material untuk merekonstruksi dimensi aktivitas dinamis pada masa itu.

Untuk mengatasi hal ini, para peneliti merancang metodologi untuk menghubungkan indikator HDI, seperti standar hidup dan kapasitas inovasi dengan data arkeologi. Misalnya, bukti kemajuan teknologi, seperti desain bajak atau alat tenun baru, dapat mencerminkan inovasi masyarakat, dimensi utama HDI. Ini adalah pertama kalinya kategori arkeologi dengan kategori HDI terhubung, yang memungkinkan konektivitas masa lalu yang jauh dengan konsep masa kini.

Mikroplastik Sang Pencemar Lingkungan

Penelitian ini difokuskan pada komunitas Cucuteni-Trypillia, yang berkembang antara tahun 5050 dan 2950 SM di wilayah yang sekarang disebut Rumania, Moldova dan Ukraina. Dikenal karena pemukiman melingkar yang luasnya mencapai 320 hektar dan menampung populasi hingga 17.000 jiwa, masyarakat ini merupakan contoh paling awal kehidupan perkotaan berskala besar di Eropa.

Selama masa puncaknya, pemukiman ini menunjukkan kesetaraan sosial yang signifikan dan menawarkan banyak kesempatan bagi individu untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Menariknya, penelitian ini menantang penjelasan tradisional mengenai perkembangannya, seperti perubahan iklim atau tekanan populasi yang mendorong inovasi teknologi dan politik. Sebaliknya, penelitian ini menyatakan bahwa perluasan kesempatan untuk pemenuhan kebutuhan pribadi dan komunal mungkin telah menarik lebih banyak penduduk, yang memacu pertumbuhan populasi dan inovasi. Hasil penelitian kemudian menunjukkan bahwa dinamika masyarakat Cucuteni-Trypillia mungkin didorong oleh kesempatan untuk mengaktualisasikan diri daripada tekanan eksternal.

Penelitian Harvard Menunjukkan Bahan Plastik Sebabkan Kerusakan DNA dan Berpengaruh dalam Reproduksi

Budaya Cucuteni-Trypillia, yang berevolusi dari budaya Tembikar Linear Danubia, terkenal karena praktik uniknya, yaitu membakar desa secara berkala. Meskipun biasanya digambarkan sebagai proto-negara-kota, komunitas ini juga menunjukkan tingkat keadilan sosial yang tidak biasa selama masa puncaknya. Dengan menerapkan kerangka kerja HDI, studi ini menawarkan perspektif baru tentang masyarakat ini.

Implikasi dari metodologi ini jauh melampaui budaya Cucuteni-Trypillia. Para peneliti berencana untuk menerapkan pendekatan mereka pada konteks arkeologi lainnya, yang mendorong diskusi baru tentang penafsiran masyarakat kuno. 

Halaman Selanjutnya
img_title