Membangun Masa Depan Digital yang Aman dan Berkelanjutan di Tengah Risiko Serangan Siber
- Image Creator/Handoko
Jakarta, WISATA - Dalam era digital yang terus berkembang, teknologi baru seperti kecerdasan buatan (AI), komputasi kuantum, dan bioteknologi memberikan peluang besar bagi industri dan perekonomian global. Namun, di balik optimisme ini, ancaman siber yang semakin meningkat juga menjadi perhatian serius. Seiring dengan berkembangnya teknologi ini, serangan siber yang lebih kompleks dan berbahaya semakin mungkin terjadi, menuntut pendekatan baru dalam hal ketahanan siber.
Laporan terbaru dari Forum Ekonomi Dunia berjudul Navigating Cyber Resilience in the Age of Emerging Technologies menyoroti pentingnya membangun ketahanan siber yang lebih kuat seiring dengan kemajuan teknologi. Di dalam laporan ini, dipaparkan bahwa teknologi baru memberikan celah yang bisa dimanfaatkan oleh peretas dan aktor jahat, terutama dalam konteks keamanan nasional.
Ancaman yang Terus Berkembang
Menurut Global Cybersecurity Outlook 2024, hampir 56% pemimpin dunia menganggap bahwa teknologi baru memberikan keuntungan kepada penyerang siber. Kesenjangan ini semakin melebar karena hanya 8,9% yang percaya bahwa teknologi baru akan memperkuat pertahanan siber. Kekhawatiran utama para eksekutif meliputi ancaman seperti deepfake, pengembangan malware, dan kebocoran data yang terus meningkat.
Dengan lebih dari 200 teknologi baru yang muncul, termasuk 75 miliar perangkat terhubung pada tahun 2025, setiap perangkat ini menjadi potensi titik serangan. Sehingga, kebutuhan akan keamanan yang komprehensif dan kuat menjadi semakin krusial.
Kecerdasan Buatan: Pedang Bermata Dua
Kecerdasan buatan adalah teknologi yang membawa risiko dan keuntungan besar. Di satu sisi, AI dapat digunakan untuk memperkuat langkah-langkah keamanan siber, namun di sisi lain, AI juga dapat dimanipulasi oleh penyerang untuk melakukan serangan phishing berbasis AI dan manipulasi data. Inovasi konstan dibutuhkan untuk mengembangkan strategi pertahanan yang lebih maju.
Ancaman dari Komputasi Kuantum
Komputasi kuantum membawa kekuatan pemrosesan yang sangat besar, namun teknologi ini juga berpotensi meruntuhkan enkripsi yang kita gunakan saat ini. Penjahat siber bahkan diketahui menyimpan data untuk dipecahkan di masa depan menggunakan komputasi kuantum. Oleh karena itu, enkripsi yang tahan terhadap komputasi kuantum perlu segera dikembangkan.
Rantai Pasokan Teknologi di Bawah Ancaman
Serangan siber yang ditujukan pada rantai pasokan global berbasis teknologi juga semakin meningkat. Rantai pasokan yang rentan menjadi target yang menarik bagi penjahat siber, yang bisa mengganggu aliran barang di antara perekonomian global. Diperlukan langkah-langkah keamanan yang tangguh dari ujung ke ujung untuk melindungi rantai pasokan global ini.
Tantangan Sumber Daya Manusia
Salah satu kendala utama dalam membangun ketahanan siber adalah kurangnya profesional keamanan siber yang memiliki keahlian dalam teknologi baru. Dunia membutuhkan lebih banyak ahli yang mampu mengamankan sistem yang baru dan merespons ancaman yang terus berkembang. Investasi dalam perekrutan dan peningkatan keterampilan dalam bidang keamanan siber menjadi prioritas utama.
Ketahanan dengan Desain: Pendekatan Baru dalam Keamanan Siber
Pendekatan tradisional yang hanya mengandalkan security by design kini dianggap tidak lagi memadai untuk menghadapi lanskap ancaman yang semakin kompleks. Pendekatan baru yang disebut resilience by design menjadi penting, yaitu membangun sistem yang tidak hanya aman tetapi juga fleksibel dan adaptif, sehingga mampu bertahan dan pulih dari serangan yang tidak terelakkan.
Membangun Masa Depan Siber yang Tangguh Laporan Forum Ekonomi Dunia memberikan beberapa rekomendasi penting untuk melindungi sistem penting dari ancaman siber di masa depan. Investasi dalam penelitian dan pengembangan solusi inovatif, seperti teknik kriptografi lanjutan dan alat berbasis AI, sangat penting. Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, industri, dan akademisi perlu diperkuat untuk menyelesaikan masalah kolektif ini.
Regulasi dan kerangka standar internasional juga memainkan peran kunci dalam memastikan keamanan dengan desain dan memfasilitasi kerja sama global dalam menghadapi ancaman siber. Dengan menyeimbangkan risiko dan peluang, kita dapat menjaga ekosistem digital yang aman dan tangguh yang mendukung inovasi tanpa mengorbankan keamanan kritis.