Mengapa Aristoteles Percaya Kebahagiaan Bukan Tujuan, tetapi Perjalanan: Fakta di Balik Eudaimonia

Aristoteles di Tengah Murid-muridnya (ilustrasi)
Sumber :
  • Handoko/Istimewa

Kebajikan: Pilar Utama Kebahagiaan

Dari Socrates ke Aristoteles: Perjalanan Menuju Puncak Filsafat Dunia

Dalam upaya mencapai Eudaimonia, Aristoteles menekankan pentingnya kebajikan atau virtue. Menurutnya, manusia tidak bisa mencapai kebahagiaan sejati tanpa mengembangkan kebajikan moral. Aristoteles membagi kebajikan ke dalam dua kategori utama: kebajikan moral dan kebajikan intelektual.

  1. Kebajikan Moral: Kebajikan moral mencakup sikap dan perilaku yang mencerminkan kesederhanaan, keberanian, kedermawanan, kejujuran, kebaikan hati, dan keadilan. Misalnya, keberanian adalah kebajikan yang berada di antara pengecut dan kebodohan; terlalu sedikit keberanian menjadikan seseorang pengecut, sedangkan terlalu banyak keberanian dapat menyebabkan seseorang bertindak ceroboh. Hidup dalam jalan tengah inilah yang menjadi prinsip utama dalam mencapai kebahagiaan menurut Aristoteles.
  2. Kebajikan Intelektual: Kebajikan intelektual berkaitan dengan pengetahuan dan kebijaksanaan. Aristoteles percaya bahwa manusia sebagai makhluk rasional harus menggunakan kemampuan berpikirnya untuk membuat keputusan yang bijaksana dan moral. Keputusan yang benar tidak hanya didasarkan pada perasaan atau emosi, tetapi juga pada logika dan akal sehat.

Mengapa Kebahagiaan Harus Ditempuh Secara Bertahap

Warisan Abadi Socrates: Bagaimana Pemikirannya Membentuk Plato dan Aristoteles?

Aristoteles sangat menekankan bahwa kebahagiaan sejati tidak bisa dicapai dalam sekejap mata atau melalui upaya yang instan. Menurutnya, kebahagiaan adalah perjalanan seumur hidup, di mana kita harus terus-menerus berusaha menjadi lebih baik dan lebih bijaksana. Setiap keputusan yang kita buat, setiap tindakan yang kita lakukan, berkontribusi pada proses panjang menuju kebahagiaan.

Ia juga berpendapat bahwa kebahagiaan sejati tidak bisa diukur melalui kesuksesan materi atau pencapaian karier semata. Meskipun hal-hal ini penting dalam kehidupan sehari-hari, Aristoteles percaya bahwa kebahagiaan sejati hanya bisa dicapai melalui pengembangan diri secara moral. Ini melibatkan memahami diri sendiri, mengendalikan nafsu, dan hidup sesuai dengan kebajikan.

Ketika JOMO Bertemu Stoikisme dan Etnaprana: Panduan Hidup di Tengah Dunia Serba Cepat

Kehidupan Sosial dan Pengaruhnya terhadap Kebahagiaan

Halaman Selanjutnya
img_title