Apakah Kebahagiaan Sebenarnya? Aristoteles Menjawab dengan Teori Eudaimonia

Aristoteles di Tengah Murid-muridnya (ilustrasi)
Sumber :
  • Handoko/Istimewa

Akal atau nalar (reason) memainkan peran sentral dalam teori kebahagiaan Aristoteles. Ia melihat manusia sebagai makhluk yang memiliki kemampuan untuk berpikir dan membuat keputusan berdasarkan penilaian moral yang rasional. Dengan kata lain, kehidupan yang baik adalah kehidupan yang dijalani dengan kebijaksanaan dan pengendalian diri. Kebijaksanaan dalam hal ini bukan hanya kecerdasan intelektual, tetapi kemampuan untuk membuat keputusan yang baik, adil, dan bermoral dalam berbagai situasi.

Eudaimonia: Kunci Kebahagiaan Menurut Aristoteles yang Jarang Diketahui Banyak Orang

Menurut Aristoteles, kebajikan moral—seperti kejujuran, keberanian, dan kemurahan hati—harus dipandu oleh kebijaksanaan atau kebajikan intelektual. Tanpa kebijaksanaan, tindakan moral bisa menjadi ekstrem atau salah arah. Misalnya, keberanian tanpa kebijaksanaan bisa berubah menjadi kecerobohan, dan kemurahan hati tanpa kebijaksanaan bisa menyebabkan orang menjadi boros atau dimanfaatkan. Oleh karena itu, kebahagiaan sejati hanya bisa dicapai jika kebajikan moral dan intelektual berjalan seiring.

Kebahagiaan dan Kehidupan Sosial: Manusia sebagai Makhluk Sosial

Mencari Kebahagiaan Sejati: Apa yang Disembunyikan Teori Eudaimonia Aristoteles?

Selain akal, Aristoteles juga menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa mencapai kebahagiaan secara individu. Kebahagiaan yang benar-benar berarti hanya bisa ditemukan melalui interaksi sosial yang bermakna dan kontribusi positif terhadap masyarakat. Bagi Aristoteles, manusia harus berpartisipasi dalam kehidupan sosial dan menjalani kehidupan yang mendukung kebaikan bersama. Ini berarti bahwa tindakan-tindakan kita harus mempertimbangkan bagaimana hal itu memengaruhi orang lain dan masyarakat secara keseluruhan.

Dalam pandangan Aristoteles, kebahagiaan individu dan kesejahteraan masyarakat saling terkait. Kehidupan yang baik bukanlah tentang mengejar kebahagiaan pribadi semata, tetapi juga tentang membangun komunitas yang adil dan sejahtera. Inilah sebabnya mengapa Aristoteles percaya bahwa manusia yang hidup dalam masyarakat yang baik akan lebih mudah mencapai Eudaimonia, karena mereka dapat menemukan dukungan moral dan kesempatan untuk menumbuhkan kebajikan mereka.

Rahasia Kebahagiaan Menurut Aristoteles: Mengapa Eudaimonia Lebih dari Sekadar Bahagia?

Mengatasi Tantangan Modern dalam Mencapai Eudaimonia

Meskipun konsep Eudaimonia berasal dari zaman Yunani kuno, tantangan untuk mencapainya tetap relevan dalam dunia modern. Dalam kehidupan yang serba cepat dan sering kali berfokus pada kesenangan instan, banyak orang mungkin merasa sulit untuk menemukan kebahagiaan sejati yang digambarkan oleh Aristoteles. Tekanan untuk memenuhi standar materialistik dan pencapaian duniawi sering kali membuat kita teralihkan dari upaya untuk menjalani kehidupan yang bermoral dan berbudi luhur.

Halaman Selanjutnya
img_title