Mengapa Umat Islam Masih Enggan Memahami Sejarah dan Peradabannya Sendiri? Ini Penyebabnya

Bayt al-Hikmah
Sumber :
  • Image Creator Bing/Handoko

Budaya populer yang didominasi oleh konsumsi media sosial, hiburan, dan tren global juga turut memengaruhi rendahnya minat terhadap sejarah. Dalam era digital saat ini, masyarakat lebih tertarik pada konten-konten ringan dan instan yang tersedia di internet. Kebiasaan ini membuat literasi terhadap topik yang lebih mendalam, seperti sejarah dan peradaban, sering kali diabaikan.

UGM: Membanggakan....Uphe Angelia Maitriani, Usia 20 Tahun Raih Gelar Sarjana UGM, IPK 3.94

Riset yang dilakukan oleh Pew Research Center pada 2021 menunjukkan bahwa pengguna internet di negara mayoritas Muslim lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengakses konten hiburan (62%) dibandingkan konten pendidikan atau sejarah (14%). Kecenderungan ini memperlihatkan bagaimana konsumerisme budaya populer telah menggeser minat terhadap literasi sejarah.

3. Minimnya Buku dan Sumber Referensi Berkualitas

Mengenal Lebih Dekat Hubungan Pemikiran Al-Farabi dengan Etika Aristoteles

Akses terhadap buku-buku berkualitas tentang sejarah dan peradaban Islam juga menjadi masalah. Di banyak negara Muslim, jumlah buku sejarah Islam yang mudah diakses oleh masyarakat umum tergolong minim. Sumber daya yang ada sering kali tidak terjangkau atau tidak populer di kalangan pembaca.

Ditambah lagi, buku-buku yang tersedia sering kali ditulis dalam bahasa Arab klasik atau bahasa akademis yang sulit dipahami oleh pembaca umum. Minimnya literatur yang populer dan mudah dimengerti ini menyebabkan masyarakat semakin tidak tertarik untuk mempelajari sejarah Islam secara mendalam.

Dari Aristoteles ke Ibnu Sina: Mengapa Filsafat Masih Penting di Zaman Modern?

Sebuah laporan dari International Federation of Library Associations and Institutions (IFLA) menunjukkan bahwa hanya sekitar 5% dari buku-buku terbitan di negara-negara Muslim yang terkait dengan sejarah Islam. Jumlah ini jauh di bawah negara-negara Barat yang memiliki proporsi literatur sejarah lebih dari 20% dari total penerbitan.

4. Ketidakmampuan Mengaitkan Sejarah dengan Kehidupan Modern

Halaman Selanjutnya
img_title