Apakah Moralitas itu Subjektif? Pandangan Plato dan Socrates dalam Dialog Tak Terbantahkan

Socrates dan Plato
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Jakarta, WISATA - Dalam sejarah filsafat, diskusi tentang moralitas selalu menjadi salah satu topik yang paling diperdebatkan. Apakah moralitas itu objektif atau subjektif? Apakah ada standar universal yang mengatur apa yang benar dan salah, ataukah semuanya bergantung pada pandangan individu? Socrates dan Plato, dua tokoh besar dalam filsafat Yunani, memberikan pandangan yang mendalam dan tak terbantahkan tentang pertanyaan ini melalui serangkaian dialog yang terus relevan hingga hari ini.

Apakah Übermensch Nietzsche Adalah Solusi atau Ancaman untuk Masa Depan Moralitas Manusia?

Moralitas Menurut Socrates: Kebenaran yang Universal
Socrates, melalui metode dialektisnya, percaya bahwa ada kebenaran moral yang universal dan dapat ditemukan melalui penyelidikan kritis. Dalam dialog-dialognya, ia sering kali menantang pandangan bahwa moralitas hanya bersifat relatif atau bergantung pada budaya dan individu. Bagi Socrates, nilai-nilai moral seperti keadilan, kebajikan, dan kebenaran bukanlah sesuatu yang subjektif, tetapi prinsip-prinsip yang dapat ditemukan dan diterapkan oleh setiap manusia.

Misalnya, dalam dialog Euthyphro, Socrates mempertanyakan definisi kesalehan dan keadilan, dan melalui serangkaian pertanyaan yang mendalam, ia mencoba menemukan inti dari konsep-konsep ini. Bagi Socrates, konsep moral seperti keadilan memiliki esensi yang tetap, dan tugas filsafat adalah untuk menemukan dan memahami esensi tersebut melalui dialog.

10 Kutipan tentang Etika dan Moral dari Plato yang Masih Relevan Hingga Era Modern

Pandangan Plato: Dunia Ide dan Moralitas Objektif
Plato, murid Socrates, mengembangkan pandangan lebih lanjut tentang objektivitas moralitas melalui teorinya tentang Dunia Ide. Menurut Plato, segala sesuatu di dunia material hanyalah bayangan atau refleksi dari bentuk yang sempurna di Dunia Ide. Moralitas, seperti halnya keindahan dan kebenaran, memiliki bentuk ideal di Dunia Ide, yang bersifat abadi dan tidak berubah.

Dalam dialog Republic, Plato memperkenalkan konsep tentang "Filosof-Raja," di mana hanya mereka yang telah memahami Dunia Ide yang memiliki kapasitas untuk memimpin dengan kebijaksanaan dan moralitas sejati. Bagi Plato, moralitas tidak tergantung pada pendapat individu, tetapi berdasarkan pada pemahaman tentang kebenaran yang absolut di Dunia Ide. Dengan kata lain, moralitas bersifat objektif dan tidak terpengaruh oleh pandangan atau perasaan subjektif manusia.

Karya Fenomenal Filsuf dan Cendekiawan Muslim yang Terinspirasi oleh Plato dan Aristoteles

Subjektivitas Moral dalam Dunia Modern
Meskipun pandangan Socrates dan Plato tentang moralitas sebagai sesuatu yang objektif sangat berpengaruh, dunia modern sering kali condong pada gagasan bahwa moralitas bersifat subjektif. Dalam masyarakat yang semakin pluralistik, moralitas sering kali dianggap sebagai produk dari budaya, pengalaman individu, dan pandangan pribadi. Namun, pandangan ini sering menimbulkan tantangan dalam mencari kesepakatan tentang isu-isu moral yang kompleks.

Misalnya, dalam isu-isu seperti hak asasi manusia, keadilan sosial, atau kebebasan berpendapat, sering kali sulit menemukan konsensus karena perbedaan pandangan moral. Dalam konteks ini, pandangan Socrates dan Plato menawarkan perspektif yang berbeda, yaitu bahwa ada prinsip-prinsip moral yang universal yang dapat diterapkan dalam setiap situasi, asalkan kita mau mencarinya melalui refleksi dan dialog yang kritis.

Halaman Selanjutnya
img_title