Apakah Socrates Benar-Benar Bersalah? Menelusuri Tuduhan dan Pembelaannya di Pengadilan
- Image Creator/Handoko
Lebih jauh lagi, Socrates menegaskan bahwa ia tidak pernah memperkenalkan dewa-dewa baru, melainkan hanya berbicara tentang daimonion (suara batin) yang membimbingnya dalam tindakan dan keputusan moral. Ia menekankan bahwa ini adalah pengalaman pribadi dan spiritual, bukan upaya untuk mendirikan agama baru atau meremehkan dewa-dewa tradisional Athena.
Pembelaan Terhadap Tuduhan Merusak Pemuda
Dalam pembelaannya terhadap tuduhan merusak pemuda, Socrates mengajukan argumen yang kuat. Ia mempertanyakan logika di balik tuduhan tersebut dengan cara yang khas Socratic — melalui serangkaian pertanyaan yang bertujuan untuk mengungkap kontradiksi dalam argumen penuduhnya. Socrates mengajukan pertanyaan sederhana: “Siapa yang secara sadar merusak pemuda?” Jika seseorang secara sengaja merusak pemuda, mereka akan merusak komunitas mereka sendiri, dan tidak ada orang waras yang ingin merusak komunitasnya sendiri.
Ia juga membantah tuduhan bahwa ajarannya mengancam tatanan sosial. Sebaliknya, ia menganggap bahwa mendorong pemuda untuk berpikir kritis dan memeriksa kebijaksanaan tradisional adalah penting untuk kesehatan moral dan intelektual masyarakat. Bagi Socrates, merusak adalah menutup pintu bagi kebenaran dan pengetahuan, bukan membuka pikiran generasi muda untuk berpikir lebih mendalam dan mandiri.
Pembelaan Terhadap Tuduhan Menentang Dewa-dewa Athena
Menanggapi tuduhan bahwa ia tidak mengakui dewa-dewa Athena, Socrates menegaskan bahwa ia tidak pernah mengajarkan atau menganjurkan penolakan terhadap dewa-dewa tersebut. Ia mempertanyakan dasar tuduhan ini dan menunjukkan bahwa pernyataan tersebut berasal dari prasangka dan ketidaktahuan.
Socrates menjelaskan bahwa ia memiliki keyakinan spiritual yang mendalam, yang diwujudkan dalam konsep daimonion atau suara batin yang memandu tindakannya. Namun, ia menegaskan bahwa ini bukanlah pengganti atau tantangan terhadap dewa-dewa yang disembah di Athena, melainkan sebuah ekspresi pribadi dari hubungan spiritualnya. Dengan cara ini, Socrates menunjukkan bahwa ia tidak menentang keyakinan religius masyarakat Athena, melainkan menawarkan perspektif yang berbeda.