Erebus, Gunung yang Terus-menerus Mengeluarkan Emas, adalah Tanda Peringatan Perubahan Iklim Global
- instagram/activefacts_
Berbicara kepada Live Science, Conor Bacon, pakar di Lamont-Doherty Earth Observatory di Universitas Columbia di AS, berkomentar, “Kasus-kasus ini cukup jarang terjadi karena memerlukan sejumlah kondisi yang sangat spesifik untuk memastikan bahwa permukaan tidak pernah membeku.”
Peneliti menjelaskan, tidak ada yang mengumpulkan emas dari Gunung Erebus karena emas yang dikeluarkan gunung berapi tersebut berupa debu emas yang menempuh jarak yang sangat jauh. Partikel debu emas ini hanya berukuran sekitar 0,1 hingga 20 mikrometer di dalam gas dan 60 mikrometer di salju di sekitarnya. Karena ukuran partikel emas yang sangat kecil dan penyebarannya di wilayah yang luas, sangat sulit untuk dikumpulkan.
Meskipun demikian, banyak orang menganggap Erebus mengeluarkan emas setiap hari adalah hal yang menarik, sehingga menarik banyak peneliti dan penambang emas.
Bagi para ilmuwan, letusan gunung berapi di Antartika tidak hanya menarik tetapi juga menimbulkan kekhawatiran yang signifikan. Sebagian besar gunung berapi di Antartika terkubur di bawah lapisan es setebal lebih dari 4 kilometer.
Ketika gunung berapi meletus, panas yang dilepaskan mencairkan gua-gua es yang sangat besar, sehingga menghasilkan air lelehan dalam jumlah besar. Inilah saatnya segalanya mulai memburuk.
Air lelehan yang baru terbentuk menyebabkan lapisan es di atasnya bergerak lebih cepat dan mulai mengalir ke laut. Gunung es di Antartika akan bersentuhan dengan arus laut yang lebih hangat dan mencair. Jika seluruh es di Antartika mencair, hal ini akan menaikkan permukaan air laut global sekitar 60 meter.
Naiknya permukaan air laut dapat menyebabkan badai besar bergerak lebih lambat dan hujan lebih banyak, sehingga menghancurkan permukaan bumi. Banjir yang meluas akan terjadi. Hewan dan manusia akan kehilangan habitatnya dan kita akan segera menghadapi bencana besar.