Kepahlawanan, Dewa, dan Takdir: Inilah Inti Cerita Epik Iliad yang Jarang Diketahui

Iliad dan Odyssey, oleh Homer
Sumber :
  • Cuplikan layar

Pertarungan antarmanusia jadi cermin dari konflik antardewa. Ini mencerminkan pandangan masyarakat Yunani kuno bahwa kehidupan manusia tidak sepenuhnya berada di tangan manusia itu sendiri. Ada kekuatan tak terlihat yang mengarahkan jalan hidup—dan sering kali tidak adil atau tidak masuk akal.

Arkeolog Ungkap Kuil Odysseus di Ithaca: Penemuan Monumental Berakar pada Mitos dan Sejarah

3. Kehormatan dan Harga Diri di Atas Segalanya

Salah satu tema sentral Iliad adalah kehormatan (timê) dan kemuliaan (kleos). Seorang pejuang Yunani lebih takut kehilangan kehormatan daripada kehilangan nyawa. Karena itu, Achilles marah besar ketika merasa harga dirinya dihina oleh Agamemnon.

Keberanian Elizabeth Bennet: Ketegasan Perempuan dalam Kutipan Abadi Jane Austen

Prinsip kehormatan ini membuat konflik terus berlanjut. Para prajurit berjuang bukan hanya untuk menang, tapi agar nama mereka dikenang. Bahkan saat tahu akan mati, seorang pahlawan tetap memilih maju ke medan perang, karena kematian dengan kehormatan lebih bermakna daripada hidup sebagai pengecut.

4. Penderitaan dan Kemanusiaan yang Terlupakan

Memaknai Kutipan Kahlil Gibran: Cinta yang Meleleh Seperti Sungai

Di tengah glamor perang dan kebesaran pahlawan, Iliad juga menyajikan sisi gelap konflik. Homer menggambarkan penderitaan rakyat biasa, runtuhnya kota, dan kehancuran keluarga. Salah satu momen paling menyentuh adalah ketika Hector, pahlawan Troya, berpamitan pada istrinya, Andromache, dan bayinya.

Homer menunjukkan bahwa tidak ada pemenang sejati dalam perang. Setiap kemenangan berarti kehilangan bagi pihak lain. Setiap kemuliaan datang dengan air mata. Di sinilah letak kekuatan puisi ini: Iliad bukan meromantisasi perang, tetapi memperlihatkan luka yang ditinggalkannya.

Halaman Selanjutnya
img_title