Luka karena Harga Diri: Makna Tersembunyi di Balik Kutipan Tajam Jane Austen

Pride and Prejudice, Jane Austen
Sumber :
  • Cuplikan layar

Jakarta, WISATA – “I could easily forgive his pride, if he had not mortified mine.” Kutipan ini diucapkan oleh Elizabeth Bennet, tokoh utama dalam novel Pride and Prejudice karya Jane Austen. Kalimat sederhana ini ternyata menyimpan kedalaman emosional dan psikologis yang luar biasa. Ia menggambarkan betapa rapuhnya harga diri manusia ketika terluka oleh kesombongan orang lain, terutama dalam konteks hubungan sosial dan percintaan.

Ungkapan Cinta Paling Ikonik dari Mr. Darcy: Kejujuran dan Transformasi dalam Pride and Prejudice

Kisah cinta antara Elizabeth dan Mr. Darcy tidak pernah berjalan mulus. Dari awal, mereka saling menilai, salah paham, dan tersinggung. Namun, justru dari dinamika inilah Jane Austen menghadirkan refleksi jujur tentang ego, martabat, dan keinginan untuk dihargai sebagai manusia yang setara—terlepas dari kelas sosial dan status.

Harga Diri yang Terluka: Emosi yang Nyata

Keberanian Elizabeth Bennet: Ketegasan Perempuan dalam Kutipan Abadi Jane Austen

Kutipan tersebut diucapkan oleh Elizabeth setelah Mr. Darcy melamarnya untuk pertama kali—sebuah lamaran yang penuh rasa superioritas dan prasangka. Darcy mengakui cintanya, namun pada saat yang sama merendahkan keluarga Elizabeth dan status sosialnya.

Respons Elizabeth, yang merasa dihina, mencerminkan konflik batin antara perasaan cinta dan martabat pribadi. Ia menyatakan bahwa ia mungkin bisa memaafkan kesombongan Darcy, andai saja Darcy tidak telah melukai harga dirinya. Inilah yang membuat kutipan ini begitu kuat dan relevan: ia menangkap dengan tepat perasaan manusia yang tersinggung karena dipandang rendah.

“Pria Kaya Pasti Sedang Mencari Istri”: Sindiran Klasik Jane Austen yang Tak Lekang oleh Zaman

Kesombongan dan Prasangka: Dua Arah yang Saling Menyakiti

Novel Pride and Prejudice sendiri mengambil judul dari dua sifat utama yang berkonflik dalam diri karakter utamanya: kesombongan (pride) dalam diri Mr. Darcy dan prasangka (prejudice) dalam diri Elizabeth. Namun, dalam perkembangan cerita, Austen justru menunjukkan bahwa kedua sifat itu tidak hanya dimiliki oleh satu pihak. Elizabeth pun memiliki “pride”-nya sendiri—harga diri, martabat, dan keengganan untuk merendahkan diri di hadapan laki-laki yang meremehkannya.

Halaman Selanjutnya
img_title