10 Kutipan Terbaik dari Jane Austen dalam Pride and Prejudice yang Penuh Makna dan Kritik Sosial

Pride and Prejudice, Jane Austen
Sumber :
  • Cuplikan layar

Jakarta, WISATA – Jane Austen, penulis perempuan legendaris asal Inggris, telah menorehkan warisan sastra yang tak tergantikan melalui karyanya Pride and Prejudice. Novel yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1813 ini bukan hanya kisah romansa antara Elizabeth Bennet dan Mr. Darcy, tetapi juga menyimpan kritik sosial tajam, pemikiran feminis yang visioner, dan ironi cerdas tentang struktur masyarakat Inggris kala itu.

“We Are All Fools in Love”: Ketika Cinta Membuat Kita Kehilangan Akal Sehat

Gaya bahasa Jane Austen dikenal elegan namun pedas, halus namun penuh sindiran. Ia tidak hanya merangkai cerita, tetapi menyisipkan pandangan-pandangan tajam mengenai relasi gender, kelas sosial, dan harapan masyarakat terhadap perempuan. Dari keseluruhan novel Pride and Prejudice, terdapat sejumlah kutipan yang hingga kini masih dikutip, direnungkan, bahkan dijadikan inspirasi dalam banyak konteks kehidupan modern.

Berikut ini adalah 10 kutipan terbaik dari Jane Austen dalam novel Pride and Prejudice yang menggambarkan kepiawaiannya dalam menyampaikan pesan mendalam melalui kata-kata yang indah dan bernas:

Pride and Prejudice: Warisan Abadi Jane Austen dalam Mengkritik Norma Sosial dan Cinta Sejati

1. “It is a truth universally acknowledged, that a single man in possession of a good fortune, must be in want of a wife.”

Kutipan pembuka novel ini mungkin adalah yang paling ikonik dalam dunia sastra. Austen menyampaikan sindiran tajam terhadap pandangan masyarakat yang menilai bahwa pria kaya pasti sedang mencari istri. Di balik kesan humorisnya, ada kritik terhadap budaya patriarki dan tekanan terhadap pernikahan sebagai tujuan utama perempuan.

Jane Austen: Suara Tajam yang Mengubah Wajah Sastra dan Sosial Inggris

2. “I could easily forgive his pride, if he had not mortified mine.”

Elizabeth Bennet mengungkapkan perasaan terluka terhadap sikap Mr. Darcy. Kalimat ini menggambarkan dinamika emosional yang kompleks—tentang harga diri, penghinaan, dan bagaimana kesombongan bisa menyakiti perasaan orang lain, terutama dalam relasi sosial dan percintaan.

Halaman Selanjutnya
img_title