Rebutan Mayat Korban Kerusuhan di Mal Klender Tahun 1998, Sebuah Kilas Balik (2)
- Twitter: @creepylogy_
Namun demikian, bagian tersulit ialah mengidentifikasi jasad. Sebab tidak ada bedanya yang satu dengan yang lain.
Jasad para korban tewas selanjutnya dikumpulkan di Cipto (RS Cipto Mangunkusumo – red.) meski tidak semua. Dengan semestinya banyak orang datang hendak memastikan keluarga atau kerabatnya.
Sepertinya cuma itu cara yang paling efektif untuk mengidentifikasi korban. Keluarga tentu lebih mengenal bentuk muka, barangkali korban mengenakan cincin atau punya tanda tubuh yang masih dikenali. Memang apa lagi, DNA?
Karena sangat terbatas, maka terjadilah hal-hal yang tidak terbayangkan. Ibu teman saya cerita, dia melihat dua lelaki bertikai memperebutkan mayat.
Dua-duanya mengklaim gigi mayat itu benar sekali cocok dengan keluarganya yang hilang. Yang satu yakin karena giginya tonggos dan besar, yang dua juga beralasan begitu.
Bukan itu saja, tingginya pun sama, begitu pula ukuran kepalanya. Keduanya berdebat tanpa lelah demi jasad yang tidak pasti.
Rupanya pertikaian mereka bukan kali itu terjadi. Oleh karena tidak ada yang mau mengalah, maka diputuskan jasad yang dipertikaikan itu, dimasukkan ke dalam daftar penguburan massal di Pondok Ranggon, Jakarta Timur.