Dari JOMO ke Stoikisme: Perjalanan Menciptakan Hidup yang Lebih Bermakna dengan Nilai Lokal
- Image Creator/Handoko
Malang, WISATA - Dalam dunia yang serba sibuk dan penuh tekanan sosial, konsep Joy of Missing Out (JOMO) telah menarik perhatian sebagai alternatif dari Fear of Missing Out (FOMO). Namun, bagaimana jika JOMO dipadukan dengan filosofi Stoikisme dan nilai-nilai lokal seperti Etnaprana? Kombinasi ini menawarkan cara baru untuk menemukan makna hidup yang lebih mendalam, yang tidak hanya berfokus pada diri sendiri tetapi juga harmoni dengan lingkungan sekitar.
Apa itu JOMO dan Mengapa Penting?
JOMO mengajarkan untuk menikmati ketenangan dan kebahagiaan meskipun kita melewatkan momen tertentu yang dianggap "penting" oleh orang lain. Dalam praktiknya, JOMO mendorong kita untuk berfokus pada hal-hal yang benar-benar berarti, seperti waktu bersama keluarga atau kegiatan yang memberikan ketenangan batin.
Dalam konteks Indonesia, nilai-nilai seperti ngayah (gotong royong tanpa pamrih) dan kebiasaan meluangkan waktu untuk keluarga dapat memperkaya pengalaman JOMO.
Stoikisme: Seni Mengelola Pikiran dan Emosi
Stoikisme adalah filosofi hidup dari Yunani kuno yang mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati berasal dari dalam, bukan dari pengaruh eksternal. Prinsip utama Stoikisme seperti fokus pada hal yang dapat dikendalikan, menerima hal yang tidak bisa diubah, dan hidup dengan kesederhanaan sangat relevan dalam konteks modern.
Ketika dikombinasikan dengan JOMO, Stoikisme membantu kita menanamkan kesadaran penuh bahwa tidak semua tren atau ekspektasi sosial layak untuk dikejar. Filosofi ini memperkuat keyakinan bahwa kebahagiaan bukan berasal dari pengakuan sosial, tetapi dari cara kita menjalani hidup.