INFO HAJI: Menjalankan Tawaf Seperti Maju di Medan Perang
- Maman Abdurahman
Setelah kami berniat Umrah di Bir Ali, maka semua larangan ihram mulai berlaku, seperti tidak boleh menggunakan wewangian, mengumpat, memotong kuku, membunuh hewan dan larangan ihram lainnya sampai Tahalul nanti setelah mengerjakan Sa'i.
Perjalanan kami dari Madinah ke Makkah ditempuh selama kurang lebih tujuh jam. Enaknya, bus yang kami tumpangi dilengkapi dengan toilet di dalamnya. Bus juga berhenti di tempat makan yang ada fasilitas toiletnya.
Keistimewaan lainnya adalah restoran itu menyediakan makanan khas Indonesia, seperti bakso dan mi instan. Tidak aneh kemudian kalau restoran itu diserbu para jemaah haji.
Di dalam perjalanan, sepanjang mata memandang, yang terlihat adalah gunung-gunung batu yang membisu dan hamparan padang pasir yang berdesir dicumbu angin yang menaksir.
Akhirnya kami sampai di Makkah. Kami ditempatkan di sektor 9 al-Wehda. Kami membereskan koper dan sekedar meluruskan pinggang, sebelum berangkat umrah wajib pukul 20.30 atau jam setengah sembilan malam Waktu Arab Saudi (WAS).
Pemilihan waktu malam untuk umrah ini, untuk menghindani terik dan panasnya Makkah di siang hari. Seperti Rasulullah berhijrah dari Madinah ke Makkah di malam hari untuk menghindari kejaran kafir Quraisy.
Kami, kloter 06, pun berangkat dari hotel menuju Masjidil Haram menggunakan bus. Pak Fadlan, ketua Kloter, memimpin kami. Ibu Ustadzah Yesi Feramasari memimpin urusan ibadahnya.
Kami menyusun formasi. Tiga jemaah haji laki-laki yang mempunyai badan yang besar dan kokoh ditempatkan di barisan terdepan.