Mutiara Hikmah: Sahl al-Tustari – Rahasia Cahaya yang Membimbing Para Pencari Tuhan
- Image Creator Grok/Handoko
Malang, WISATA - Dalam sejarah tasawuf, ada banyak sufi besar yang ajarannya terus menerangi jalan bagi para pencari kebenaran. Salah satu dari mereka adalah Sahl al-Tustari, seorang sufi yang dikenal karena pemahamannya yang mendalam tentang hakikat ketuhanan dan perjalanan menuju cahaya ilahi. Ajarannya yang lembut namun penuh makna menjadikan dirinya sebagai salah satu tokoh penting dalam dunia spiritual Islam.
Mengenal Sahl al-Tustari
Sahl al-Tustari lahir pada abad ke-9 di kota Tustar, Persia (sekarang Iran). Sejak kecil, ia sudah menunjukkan ketertarikan yang luar biasa terhadap ilmu agama dan kehidupan spiritual. Salah satu ajaran yang paling terkenal darinya adalah tentang cahaya hati, yang menurutnya hanya bisa diperoleh melalui kedekatan dengan Allah.
Ia mulai memahami pentingnya dzikir sejak usia dini. Pada usia tiga tahun, ia sering mendengar pamannya, Muhammad bin Sawwar, berbicara tentang Allah. Suatu hari, ia bertanya, "Paman, bagaimana cara mendekatkan diri kepada Allah?" Pamannya menjawab, "Ketika engkau berbaring di tempat tidurmu, ucapkanlah dalam hatimu: ‘Allah bersamaku, Allah melihatku, Allah menyaksikanku’."
Sahl kecil pun mengikuti nasihat itu dan terus mengulanginya setiap malam. Perlahan, kebiasaan itu menanamkan rasa kedekatan dengan Allah dalam dirinya, hingga akhirnya ia tumbuh menjadi seorang sufi besar yang memiliki pemahaman mendalam tentang hubungan antara manusia dan Sang Pencipta.
Rahasia Cahaya Ilahi
Sahl al-Tustari terkenal dengan konsepnya tentang Nur Ilahi (cahaya ketuhanan). Baginya, hati manusia adalah wadah yang bisa dipenuhi dengan cahaya Allah jika seseorang menjaga kesucian dan keikhlasan.
Ia berkata:
"Hati adalah rumah bagi cahaya. Jika engkau ingin cahaya itu tetap bersinar, maka bersihkanlah rumah itu dari kotoran dosa dan kelalaian."
Bagi Sahl, dosa adalah penghalang utama bagi cahaya Allah. Hanya dengan memperbanyak dzikir, menahan diri dari hawa nafsu, dan menjaga kesucian jiwa, seseorang dapat merasakan pancaran cahaya ilahi dalam hatinya.
Keistimewaan Dzikir dalam Kehidupan
Sahl al-Tustari sangat menekankan pentingnya dzikir dalam kehidupan seorang Muslim. Ia percaya bahwa dzikir bukan sekadar ucapan di bibir, tetapi sebuah jalan menuju kesadaran spiritual yang lebih tinggi.
Ia berkata:
"Orang yang hatinya selalu mengingat Allah akan merasakan ketenangan yang tidak bisa ditemukan dalam hal lain di dunia ini."
Menurutnya, dzikir yang paling sederhana tetapi paling kuat adalah dengan selalu merasa dalam pengawasan Allah. Inilah yang ia pelajari sejak kecil, dan ia ajarkan kepada murid-muridnya sebagai cara terbaik untuk menjaga hati tetap bersih dan dekat dengan Tuhan.
Zuhud dan Kesederhanaan dalam Hidup
Sebagai seorang sufi, Sahl al-Tustari juga menjalani kehidupan yang sangat sederhana. Ia tidak tertarik pada kemewahan dunia dan lebih memilih untuk hidup dalam kesederhanaan. Ia sering mengatakan bahwa cinta terhadap dunia hanya akan menjauhkan seseorang dari Allah.
Suatu ketika, seorang murid bertanya kepadanya, "Bagaimana cara menjauhkan hati dari dunia?"
Sahl menjawab, "Jika engkau ingin hatimu bebas dari dunia, maka jangan biarkan dunia masuk ke dalam hatimu. Gunakan dunia seperlunya, tetapi jangan pernah menjadikannya tujuan."
Ajarannya ini mengingatkan kita bahwa dunia hanyalah sarana untuk mencapai tujuan akhir, yaitu ridha Allah.
Selain ajaran tentang dzikir dan zuhud, Sahl al-Tustari juga menekankan pentingnya kesabaran dan tawakal (berserah diri kepada Allah). Ia mengajarkan bahwa setiap ujian yang datang harus diterima dengan kesabaran, karena di baliknya pasti ada hikmah yang lebih besar.
Ia berkata:
"Seorang mukmin sejati adalah mereka yang dalam kesulitan tetap bersabar, dan dalam kebahagiaan tetap bersyukur."
Baginya, ujian adalah cara Allah untuk menguji ketulusan iman seorang hamba. Jika seseorang mampu bersabar dan tetap berprasangka baik kepada Allah, maka ia akan mendapatkan kedekatan yang lebih dalam dengan-Nya.
Pelajaran dari Kehidupan Sahl al-Tustari
Dari kehidupan dan ajaran Sahl al-Tustari, kita bisa mengambil beberapa pelajaran berharga:
1. Dzikir adalah kunci ketenangan hati.
Selalu ingat Allah dalam setiap keadaan, karena dengan mengingat-Nya, hati akan menjadi tenang.
2. Cahaya Allah hanya bisa masuk ke dalam hati yang bersih.
Jauhi dosa, perbanyak amal kebaikan, dan sucikan hati agar bisa merasakan pancaran cahaya ilahi.
3. Jangan jadikan dunia sebagai tujuan hidup.
Dunia hanyalah tempat persinggahan, gunakanlah ia dengan bijak dan jangan biarkan ia menguasai hati.
4. Kesabaran adalah tanda kedekatan dengan Allah.
Setiap ujian adalah bentuk kasih sayang Allah. Hadapilah dengan sabar dan yakin bahwa ada hikmah di baliknya.
5. Tawakal adalah bentuk keimanan yang sejati.
Serahkan segala urusan kepada Allah, karena Dia yang Maha Mengatur segala sesuatu.
Penutup
Sahl al-Tustari adalah sosok sufi yang mengajarkan kita tentang pentingnya dzikir, kesabaran, dan menjaga kesucian hati. Ia menunjukkan bahwa perjalanan menuju Allah bukanlah perjalanan yang mudah, tetapi jika dilakukan dengan keikhlasan dan ketekunan, seseorang akan menemukan cahaya yang akan membimbingnya.
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kehidupannya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.