Inilah Perbedaan Konsepsi Kebenaran Menurut Socrates Versus Kaum Sofis

Perdebatan Kaum Sofis dan Socrates
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Jakarta, WISATA - Di tengah perdebatan panjang tentang kebenaran dan pengetahuan, dua tokoh besar dalam sejarah filsafat Yunani—Socrates dan kaum sofis—menawarkan pandangan yang sangat berbeda tentang apa itu kebenaran. Perbedaan konsepsi kebenaran ini tidak hanya membentuk dasar pemikiran filosofis, tetapi juga memiliki dampak mendalam terhadap cara kita memahami dan mendiskusikan kebenaran hingga era modern. Artikel ini akan mengupas secara mendalam perbedaan antara pandangan Socrates yang menekankan pencarian kebenaran mutlak dengan pendekatan kaum sofis yang mengutamakan relativisme kebenaran, serta implikasinya bagi perkembangan ilmu pengetahuan, etika, dan politik.

25 Kutipan Terbaik Plato yang Diambil dari Phaedrus dan Keindahan Jiwa

Konteks Sejarah: Yunani Kuno dan Lahirnya Filsafat

Pada abad ke-5 SM, Yunani Kuno menjadi pusat perkembangan intelektual yang luar biasa. Di tengah sistem demokrasi langsung Athena, kemampuan untuk berbicara di depan umum menjadi sangat penting. Inilah saat munculnya kaum sofis, sekelompok guru retorika yang menawarkan pendidikan kepada warga Athena, terutama para pemuda yang bercita-cita menjadi pemimpin. Para sofis mengajarkan seni debat dan persuasi, dengan tujuan untuk membantu mereka memenangkan argumen dalam forum publik.

Socrates: “Orang yang Berpikir Dia Tahu Segalanya Sebenarnya Paling Tidak Tahu” — Peringatan Keras bagi Era Digital

Di sisi lain, muncul pula tokoh-tokoh besar seperti Socrates, yang berfokus pada pencarian kebenaran dan kebijaksanaan melalui dialog dan introspeksi mendalam. Perbedaan mendasar antara pendekatan Socrates dan kaum sofis ini kemudian menjadi salah satu perdebatan filosofis paling berpengaruh sepanjang sejarah.

Socrates: Pencarian Kebenaran Mutlak

Logika yang Membumi: Belajar Berpikir Jernih dari Madilog

Pendekatan Filosofis

Socrates adalah sosok yang menekankan pentingnya pencarian kebenaran melalui pertanyaan kritis dan dialog terbuka. Baginya, kebenaran tidak dapat dicapai melalui retorika semata atau kemampuan meyakinkan orang lain, melainkan melalui pengakuan akan ketidaktahuan dan usaha tanpa henti untuk menemukan kebenaran yang hakiki. Socrates sering mengatakan, "Aku tahu bahwa aku tidak tahu apa-apa," yang menunjukkan kesadaran akan keterbatasan pengetahuan manusia.

Metode Dialektika

Halaman Selanjutnya
img_title