Dari Aristoteles ke Teologi Islam: Pergolakan Dialektika Ibnu Rusyd dan Al-Ghazali dalam Mencari Kebenaran
- Image Creator Grok/Handoko
Jakarta, WISATA - Pada puncak kejayaan peradaban Islam, dunia intelektual dipenuhi dengan semangat pencarian kebenaran melalui diskusi mendalam yang menggabungkan akal dan wahyu. Di tengah gelombang inovasi ilmu pengetahuan dan teologi, dua tokoh besar muncul dengan pendekatan yang berbeda namun saling melengkapi, yaitu Al-Ghazali dan Ibnu Rusyd. Keduanya memainkan peran penting dalam menjembatani pemikiran filsafat Aristoteles dengan teologi Islam untuk mencari kebenaran yang utuh. Artikel ini akan mengulas perjalanan intelektual kedua tokoh tersebut, membahas latar belakang, karya, serta dinamika konflik dan harmoni dalam dialektika pemikiran mereka yang telah membentuk fondasi pencarian kebenaran dalam tradisi Islam.
Latar Belakang Sejarah dan Konteks Peradaban Islam
Kejayaan Intelektual dan Penerjemahan Karya Aristoteles
Pada abad ke-8 hingga ke-12 M, peradaban Islam mengalami masa keemasan yang ditandai oleh kemajuan pesat di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, kedokteran, matematika, dan filsafat. Salah satu faktor penting dalam perkembangan ini adalah penerjemahan karya-karya besar Yunani ke dalam bahasa Arab. Karya-karya Aristoteles, misalnya, diterjemahkan dengan cermat sehingga prinsip-prinsip logika, etika, dan metafisika yang dikemukakannya menjadi fondasi intelektual bagi para cendekiawan Islam.
Data dari Encyclopaedia Islam dan Encyclopaedia Britannica mencatat bahwa proses penerjemahan ini tidak hanya membawa pengetahuan baru ke dunia Islam, tetapi juga menginspirasi para pemikir untuk mengembangkan metode dialektika—suatu cara berpikir yang menggabungkan penalaran rasional dengan wahyu ilahi. Dengan demikian, tradisi intelektual yang mengedepankan dialog antara akal dan iman pun mulai terbentuk.
Dialektika Keilmuwan dalam Tradisi Islam
Tradisi dialektika dalam peradaban Islam merupakan suatu metode yang mengutamakan pertukaran gagasan, tanya jawab, dan sintesis pemikiran untuk menemukan kebenaran. Dalam konteks ini, para cendekiawan tidak hanya mengandalkan satu sumber saja—baik itu akal atau wahyu—melainkan berupaya menyatukan kedua pendekatan tersebut. Pendekatan inilah yang kemudian melahirkan tokoh-tokoh besar seperti Al-Ghazali dan Ibnu Rusyd, yang masing-masing memberikan kontribusi signifikan dalam mencari kebenaran melalui dialog intelektual.
Al-Ghazali: Penegas Keimanan dan Kritik atas Rasionalisme
Kehidupan dan Perjalanan Intelektual Al-Ghazali