35 Kutipan dari Al-Ghazali: Dari Keraguan Filsafat Menuju Kedalaman Tasawuf yang Menyejukkan

Al-Ghazali
Sumber :
  • Image Creator Grok/Handoko

Jakarta, WISATA – Nama Imam Al-Ghazali selalu mendapat tempat terhormat dalam sejarah pemikiran Islam. Ia bukan hanya dikenal sebagai seorang cendekiawan ulung yang menguasai ilmu kalam, filsafat, fikih, hingga logika, tetapi juga sebagai seorang sufi agung yang menghidupkan kembali ilmu keikhlasan dan kebersihan jiwa.

Seneca: Kemiskinan Hanya Membutuhkan Sedikit, Tapi Keserakahan Tidak Pernah Cukup

Dikenal dengan gelar Hujjatul Islam, Al-Ghazali adalah tokoh yang mengalami pergulatan batin mendalam, dari keraguan terhadap filsafat yang ia kuasai, menuju kedalaman spiritual yang akhirnya ia temukan dalam tasawuf. Dalam karyanya yang paling berpengaruh, Ihya’ Ulumuddin, Al-Ghazali memadukan ilmu lahiriah dengan ilmu batin, menghidupkan kembali inti ajaran Islam yang berfokus pada hati, akhlak, dan cinta kepada Allah.

Melalui kutipan-kutipannya yang menggugah, kita bisa menelusuri jejak transformasi spiritual Al-Ghazali, dari keraguan menuju keyakinan, dari kecemasan intelektual menuju kedamaian batin. Berikut ini adalah 35 kutipan terbaik dari Al-Ghazali yang akan menyentuh nurani dan menenangkan jiwa.

Seneca: Mengapa Kesuksesan Tak Pernah Membuat Kita Puas

1. “Ilmu tanpa amal adalah kegilaan, dan amal tanpa ilmu adalah kesia-siaan.”

Salah satu kutipan paling terkenal dari Al-Ghazali, yang menekankan pentingnya kesatuan antara pengetahuan dan perbuatan.

Seneca: Kekayaan Tidak Menghapus Masalah, Hanya Mengubah Bentuknya

2. “Sesungguhnya dunia ini hanyalah ladang akhirat. Tanamlah yang baik, maka engkau akan menuai yang indah.”

Pesan tentang makna hidup yang sesungguhnya sebagai jalan menuju akhirat.

3. “Hati adalah raja dalam diri manusia. Jika hatinya rusak, rusaklah seluruh tubuhnya.”

Penekanan pada pentingnya hati yang bersih dalam kehidupan spiritual.

4. “Ketahuilah bahwa hidup ini adalah perjalanan untuk pulang kepada Allah.”

Kutipan yang mengingatkan bahwa kehidupan dunia hanyalah persinggahan sementara.

5. “Kebahagiaan sejati adalah ketika hati bersandar hanya kepada Allah.”

Menggambarkan sumber kebahagiaan yang hakiki menurut Al-Ghazali.

Halaman Selanjutnya
img_title