Transformasi Ekonomi: Kunci Indonesia Menjadi Negara Maju 2045
- Handoko/Istimewa
Jakarta, WISATA - Dalam rangka mencapai visi Indonesia Emas 2045, pemerintah Indonesia telah merancang serangkaian kebijakan dan strategi yang bertujuan untuk mempercepat transformasi ekonomi. Salah satu tokoh yang menekankan pentingnya langkah ini adalah Yan Sibarang Tandiele, Direktur IPAM Kementerian Perindustrian. Dalam acara Focus Group Discussion (FGD) bertajuk "Development of Smart Machine & Robotics Ecosystem to Accelerate Industry Revolution 4.0" yang berlangsung di Jakarta, Yan mengungkapkan bahwa transformasi ekonomi adalah kunci untuk menghindari jebakan negara berpenghasilan menengah atau yang lebih dikenal dengan istilah Middle Income Trap.
FGD ini merupakan salah satu rangkaian acara dari INTI ROBOT 2024, yang diselenggarakan oleh Asosiasi Robot Industri Indonesia (ASRII) dalam rangkaian acara Indonesia Technology and Innovation (INTI 2024). INTI 2024 sendiri merupakan pameran teknologi dan inovasi terbesar di Indonesia, yang menarik ribuan peserta dari berbagai sektor, termasuk industri, akademisi, dan pemerintah.
Tantangan Menuju Indonesia Emas 2045
Menurut Yan Sibarang, Indonesia saat ini berada pada titik kritis dalam sejarah ekonominya. Meski telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan selama beberapa dekade terakhir, negara ini masih menghadapi tantangan besar untuk keluar dari Middle Income Trap. Untuk itu, diperlukan sebuah peta jalan transformasi ekonomi yang komprehensif dan terukur, yang tidak hanya fokus pada pertumbuhan ekonomi semata, tetapi juga pada peningkatan kualitas sumber daya manusia dan daya saing industri nasional.
Transformasi ekonomi yang diusulkan oleh Yan Sibarang mencakup empat tahapan utama yang harus dilalui Indonesia untuk mencapai status sebagai negara maju pada tahun 2045. Tahapan tersebut meliputi:
1. Perkuatan Fondasi Ekonomi (2025-2029): Pada tahap ini, fokus utama adalah memperkuat fondasi ekonomi melalui hilirisasi sumber daya alam dan peningkatan produktivitas tenaga kerja. Hilirisasi sumber daya alam penting untuk memberikan nilai tambah pada produk-produk domestik, sehingga dapat meningkatkan daya saing ekspor Indonesia di pasar global. Sementara itu, peningkatan produktivitas tenaga kerja dilakukan melalui program pendidikan dan pelatihan vokasi yang disesuaikan dengan kebutuhan industri.
Dalam periode ini, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,6 hingga 6,1 persen. Selain itu, kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDB diharapkan mencapai 21,9 persen, dengan 38 persen populasi masuk dalam kategori kelas menengah. Hal ini akan menjadi landasan yang kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di tahap berikutnya.