Yoyok "Pemerintah Jangan Buta! UMKM dan Keragaman Pangan Lokal Harus Diutamakan dalam Makan Gratis!"

Yoyok Pitoyo Ketua Umum Kopitu
Sumber :
  • Handoko/Istimewa

Jakarta, WISATA - Dalam upaya meningkatkan kualitas gizi anak-anak sekolah di Indonesia, pemerintah telah meluncurkan program makan siang gratis bergizi. Program ini diharapkan dapat membantu mengatasi masalah gizi buruk dan stunting yang masih menjadi tantangan besar di beberapa wilayah di Indonesia. Namun, menurut Yoyok Kopitu, Ketua Komite Pengusaha Mikro Kecil Menengah Indonesia Bersatu (Kopitu), pemerintah harus lebih bijak dalam mengimplementasikan program ini dengan memperhatikan keanekaragaman bahan pangan lokal dan mengakomodasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), terutama yang berada di daerah.

Yoyok KOPITU: Anindya Bakrie Harus Ubah KADIN Jadi “Kandang Jago”, Bukan “Jago Kandang”

Keanekaragaman Bahan Pangan Lokal

Yoyok Kopitu menegaskan pentingnya keanekaragaman bahan pangan lokal dalam program makan siang gratis bergizi. Ia berpendapat bahwa ketergantungan pada satu jenis makanan pokok, seperti nasi, harus dihindari. “Keanekaragaman pangan lokal harus menjadi perhatian utama. Kita tidak boleh hanya mengandalkan nasi sebagai satu-satunya sumber karbohidrat. Ada banyak bahan pangan lokal yang kaya gizi, seperti jagung, singkong, ubi, sagu, dan kentang, yang bisa dijadikan alternatif,” ujar Yoyok.

Analisis Perkembangan Ekspor-Impor Industri Pengolahan Non-Migas Juni 2024

Dengan memperkenalkan berbagai sumber makanan lokal kepada anak-anak sejak dini, tidak hanya memperkaya pilihan makanan mereka, tetapi juga melestarikan kekayaan kuliner Indonesia. Keanekaragaman ini penting agar anak-anak tidak hanya tergantung pada nasi sebagai makanan pokok, tetapi juga terbiasa dengan variasi pangan yang lebih luas dan lebih sehat.

Mengakomodasi UMKM Lokal

Ketegangan Global: Awan Gelap Bagi UMKM? Yoyok KOPITU: Pemerintah Harus Ambil Langkah!

Selain keanekaragaman pangan, Yoyok juga menekankan pentingnya peran UMKM dalam program ini. UMKM, terutama yang berada di daerah, harus menjadi bagian integral dari rantai pasok bahan pangan untuk program makan siang ini. “UMKM adalah tulang punggung perekonomian nasional. Mereka harus diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam program ini. Pemerintah harus memastikan bahwa bahan pangan yang digunakan berasal dari UMKM lokal, bukan dari impor, kita harus mandiri pangan,” kata Yoyok.

Yoyok menambahkan bahwa keterlibatan UMKM dalam program ini tidak hanya akan menguntungkan mereka secara ekonomi, tetapi juga akan meningkatkan kualitas pangan yang disajikan. UMKM lokal sering kali memiliki akses ke bahan-bahan segar dan berkualitas yang tidak kalah dari produk impor. “Jangan sampai program makan siang gratis untuk meningkatkan kualitas gizi anak-anak sekolah menjadi alasan untuk meningkatkan impor sumber makanan sehingga membuat UMKM menjadi semakin terjepit, jangan sampai hanya memperkaya para vendor dan pebisnis di lingkaran tertentu,” tegas Yoyok.

Halaman Selanjutnya
img_title