Aristoteles: Disiplin Adalah Jalan Menuju Kebebasan

- Handoko/Istimewa
Dalam kehidupan modern, tantangan terhadap disiplin semakin besar. Ketersediaan teknologi yang instan, media sosial, hiburan tanpa akhir, dan budaya serba cepat memanjakan manusia dengan pilihan-pilihan tanpa batas. Sayangnya, kebebasan ini sering kali menciptakan keterikatan baru—kecanduan gawai, penundaan, pola konsumtif, dan stres.
Disiplin menjadi semacam “kebajikan langka” di tengah dunia yang terus bergerak tanpa arah. Padahal, hanya dengan disiplin seseorang dapat mengendalikan waktunya, pikirannya, bahkan emosinya. Disiplin membuka jalan bagi seseorang untuk menjalani hidup sesuai nilainya sendiri, bukan sekadar ikut arus.
Aristoteles dan Etika Kehidupan
Dalam filsafat etika Aristoteles, dikenal konsep eudaimonia, yakni kebahagiaan sejati yang diperoleh dari menjalani hidup dengan kebajikan. Salah satu bentuk kebajikan itu adalah sophrosyne—pengendalian diri. Dengan pengendalian diri, manusia dapat hidup secara moderat, menghindari ekstrem, dan menjalani pilihan hidup yang baik.
Aristoteles menekankan bahwa kebebasan bukanlah bebas melakukan apa saja, tetapi kemampuan untuk memilih yang terbaik bagi diri sendiri. Dan itu hanya bisa terjadi ketika seseorang memiliki kedisiplinan untuk menahan diri dari yang buruk, dan mengarahkan dirinya pada yang benar.
Disiplin sebagai Pilar Pendidikan
Nilai disiplin telah lama menjadi bagian penting dalam pendidikan di berbagai negara. Di Jepang, misalnya, anak-anak sejak dini dilatih membersihkan ruang kelas mereka sendiri. Bukan karena sekolah tak sanggup membayar petugas kebersihan, tetapi karena disiplin dianggap fondasi pembentukan karakter.