Tradisi Ritual Pernikahan Cio Tao Ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) dari Tangerang

Tradisi Cio Tao
Sumber :
  • IG/radwikasw

Tangerang, WISATA – Tangerang dikenal sebagai daerah multikultural, di mana beragam suku dan etnis hidup rukun berdampingan saling menghormati secara harmonis. Etnis Tionghoa menjadi salah satu suku yang populasinya cukup signifikan di Tangerang dan tradisi Cio Tao menjadi salah satu kebanggaan mereka lantaran tak ditemui di tempat lain di Nusantara.

PORANG: Wow, Ekspor Porang ke China Tembus 50 Ribu Ton

Tradisi Cio Tao merupakan ritual pernikahan berbasis keyakinan agama Konghucu, meski kini mengalami perubahan peran dan makna menjadi upacara pernikahan formal saja. Tradisi tersebut tetap dihargai dan dijaga dengan penuh penghormatan terhadap warisan leluhur mereka, meskipun sudah tidak lagi terkait erat dengan aspek keyakinan agama.

Cio Tao yang menjadi ritual pernikahan khas masyarakat Tionghoa Benteng, berasal dari suku Hokkian, Tiongkok. Tradisi ini telah tersaji secara turun-temurun, diwariskan oleh para leluhur mereka yang tiba di Batavia pada abad ke-17. Upacara Cio Tao itu terdiri atas beberapa tahapan yakni pinang jodoh, penyerahan mas kawin, perjanjian perkawinan, upacara sembahyang, dan pesta pernikahan.

Revolusi AI dalam Prakiraan Cuaca: Upaya Google dan IBM untuk Mengurangi Dampak Bencana Alam

 

Busana pengantin

Photo :
  • IG/kie.jong
"Hidup yang Tidak Dikaji Tidak Layak Dijalani" – Plato dan Panggilan untuk Merefleksikan Kehidupan

 

Dalam tradisi pinang jodoh, perwakilan dari keluarga calon pengantin pria akan mengajukan lamaran kepada keluarga calon pengantin wanita. Apabila lamaran diterima, keluarga calon pengantin pria akan menyampaikan mas kawin atau mahar, yang umumnya terdiri atas uang, perhiasan, serta barang-barang lainnya.

Selanjutnya dalam perjanjian perkawinan, kedua pihak membuat kesepakatan mengenai hak dan kewajiban pasangan. Setelah itu kedua mempelai sembahyang kepada Tuhan, leluhur, dan memohon doa restu dan keberkahan dari orang tua dalam upacara tersebut. Kedua mempelai lantas merayakan pernikahan mereka dengan keluarga dan kerabat dalam sebuah pesta yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.

Keberagaman unsur budaya ini mencerminkan perpaduan harmonis antara elemen-elemen tradisional, menciptakan sebuah ritual yang kaya dengan keindahan dan keberagaman budaya. Karenanya tradisi Cio Tao dapat menjadi salah satu sarana untuk melestarikan keberagaman budaya di Tangerang. Atas dasar itu pula pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menetapkan Cio Tao sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) 2023 dari Kota Tangerang. Alasan Cio Tao terpilih sebagai WBTB karena tradisi ini memuat nilai-nilai sejarah dan keunikan yang berharga.

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang, Sumangku, mengatakan proses penetapan dimulai ketika Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Tangerang menetapkan tim WBTB pada Mei 2023. Tim ini terdiri atas sejumlah ahli, termasuk akademikus, antropolog, arsitek, budayawan, dan sejarawan. Proses pemilihan WBTB ini tidak semata-mata dilakukan secara asal-asalan. Tetapi melalui pertimbangan teliti terhadap sejarah yang tersemat dalam tradisi Cio Tao, serta ciri khas yang membedakan tradisi tersebut dari yang lain.Â