Apa Itu Acara Tujuh Bulanan Adat Jawa? Ini Dia Penjelasan dan Urutan Prosesinya
- IG/prajakusuma_dekorasi
WISATA BUDAYA – Baru-baru ini pasangan Aurel – Atta Halilintar melakukan acara mitoni atau upacara kehamilan tujuh bulanan menggunakan adat Jawa. Sebetulnya, seperti apakah acara tujuh bulanan itu? Dirangkum dari berbagai sumber, Acara tujuh bulanan adalah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Jawa untuk memperingati usia kandungan tujuh bulan.
Acara tujuh bulanan bertujuan untuk memohon keselamatan, kesehatan dan kelancaran bagi ibu hamil dan bayi yang dikandungnya. Ada beberapa prosesi yang dilakukan dalam acara tujuh bulanan tersebut, yaitu :
- Sungkeman: Calon ibu dan ayah melakukan sungkeman kepada orang tua mereka untuk meminta doa restu.
- Siraman: Calon ibu dimandikan dengan air yang berasal dari tujuh sumber, sebagai simbol pembersihan diri.
- Pecah telur: Calon ayah memecahkan sebutir telur ayam kampung di atas kepala dan perut calon ibu, sebagai simbol kelancaran persalinan.
- Memutus janur atau lawe: Calon ayah memotong seutas tali dari janur kuning atau lawe (daun pisang) yang melingkar di perut calon ibu, sebagai simbol membuka jalan lahir.
- IG/prajakusuma_dekorasi
- Brojolan: Calon ayah memasukkan sebutir telur dan sepasang kelapa muda ke dalam sarung calon ibu, sebagai simbol kesuburan dan kesejahteraan.
- Pecah kelapa: Calon ayah memecahkan sepasang kelapa muda di depan pintu rumah, sebagai simbol mengusir hal-hal buruk dan membawa keberuntungan.
- Ganti pakaian: Calon ibu diganti pakaiannya sebanyak tujuh kali dengan motif yang berbeda-beda, sebagai simbol keindahan dan keberagaman.
- Berjualan rujak: Calon ibu membuat rujak dengan tujuh macam buah-buahan dan menjualnya kepada tamu yang hadir, sebagai simbol keramahan dan kebahagiaan.
Acara tujuh bulanan adat Jawa biasanya dilakukan pada hari Selasa atau Sabtu Wage, bisa siang atau malam hari, karena dipercaya sebagai hari yang baik untuk melaksanakan upacara. Sementara lokasi acara tujuh-bulanan umumnya dilakukan di rumah orang tua calon ayah, namun bisa juga dilakukan di tempat yang dianggap sesuai. Pada zaman dahulu acara tujuh bulanan dilakukan di pasren, yaitu tempat dimana kaum petani memuja Dewi Sri, atau Dewi padi.
Di daerah lain atau istilah lain dari acara tujuh bulanan adalah mitoni, tingkeban, tedak siten atau nujuh-nujuh