INSPIRASI: Bisnis Kreatif Lidah Buaya ala Tangting Evianto, Alumnus FNE UGM

Lidah Buaya Bisa Diolah Berbagai Camilan
Sumber :
  • kagama.id

Lidah Buaya Bisa Diolah Berbagai Camilan

Photo :
  • kagama.id
INSPIRASI: Kisah Apia, Anak Petani Gunung Lawu Peroleh Beasiswa S1-S3 di UGM

Sebagai syarat masuk menjadi anggota tidak sulit, yaitu harus punya tanaman lidah buaya minimal 5 pohon yang ditanam di lingkungan pekarangan rumah.

Dalam praktiknya, banyak yang menanam lebih dari 5 pohon.

Tangting sendiri, saat ini menanam sangat banyak tanaman lidah buaya, baik yang ditanam di pot atau di hamparan lahan tanah.

Aktivitas Menanam Lidah Buaya di Lahan

Photo :
  • kagama.id
UGM: Pengukuhan Guru Besar Fapet UGM, Prof. Ir. Dyah Maharani, S.Pt., MP., Ph.D., IPM.

Ia mempunyai lahan pribadi seluas 2.260 m2 yang tidak jauh dari rumahnya.

Di lahan tersebut, didirikanlah sebuah bangunan semacam joglo kecil, yang bisa dipakai anggota KWT “Lestari” untuk segala aktivitasnya atau menerima tamu dari luar.

Di bawah koordinasi Tangting, para anggota KWT “Lestari” yang saat ini berjumlah 42 orang, kompak dan saling bersinergi sehingga mampu memberdayakan warga secara ekonomi.



Selain menjual lidah buaya dalam bentuk pelepah, mereka juga menjual bibit.

Namun yang utama, aktivitas mereka sehari-hari adalah mengolah lidah buaya menjadi berbagai jenis makanan dan minuman seperti dawet, nata de aloe, es krim, kripik, onde-onde, lumpia, teh lidah buaya dll.

Untuk pemasaran olahan, mereka melakukannya dengan berbagai acara, seperti lewat event-event di berbagai tempat yang diadakan oleh kelurahan, dinas pertanian, dinas koperasi, dinas pariwisata, dan disperindag.

UGM: Alhamdulillah...Anak Petani Asal Sumbawa, Lolos Kuliah Gratis di UGM

Lidah Buaya Bisa Diolah Berbagai Camilan

Photo :
  • kagama.id

Mereka juga bekerja sama dengan Raminten, dimana setiap hari Jumat Kliwon ikut berjualan di sana.

Lalu, menggandeng restoran di sekitar Tegalsari untuk menitipkan produknya.

Selain itu, mereka juga berjualan langsung di 2 outlet yang mereka miliki, yaitu di Jalan Kaliurang (Jakal) Km. 17. Sayangnya, saat pandemi Covid-19 lalu, diliburkan dulu untuk sementara waktu.

Mereka juga menerima pula pesanan untuk acara pernikahan atau acara lainnya.

Dan perlahan namun pasti, mereka mulai melayani penjualan secara online.

Tangting mengatakan, saat ini pasar sudah mulai terbentuk, namun ide-ide kreatif pengolahan lidah buaya tidak akan berhenti pada produk yang sudah ada saja.

Halaman Selanjutnya
img_title